TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan akan membentuk komisi lintas departemen untuk meninjau apakah ada perlakuan rasisme dan disparitas di bidang pendidikan, kesehatan, dan peradilan Inggris, ketika protes Black Lives Matter menyebar ke seluruh dunia.
Johnson mengatakan dia tidak dapat mengabaikan tuntutan puluhan ribu orang yang telah berdemonstrasi di London dan kota-kota Inggris lainnya setelah kematian seorang pria Afrika-Amerika George Floyd di Minneapolis bulan lalu.
"Kita harus melihat diskriminasi dalam sistem pendidikan, kesehatan, dalam sistem peradilan pidana, kita harus melihat semua cara di mana itu mempengaruhi kelompok etnis kulit hitam dan minoritas," kata Johnson pada Ahad, dikutip dari Reuters, 15 Juni 2020.
"Dan kita akan melakukan upaya besar, besar, yang akan kita umumkan segera: komisi lintas-pemerintah baru untuk melihat apa yang sedang terjadi untuk kelompok etnis kulit hitam dan minoritas dan untuk memperjuangkan kesuksesan mereka."
Johnson mengatakan kemajuan dalam menanggulangi rasisme dan meningkatkan peluang untuk kelompok minoritas, seperti memberikan kesempatan kepada mahasiswa kulit hitam dan etnis minoritas yang masuk universitas, telah agak berkurang.
"Apa yang benar-benar ingin saya lakukan sebagai perdana menteri adalah mengubah narasinya, jadi kami menghentikan rasa viktimisasi dan diskriminasi," katanya. "Kami menghentikan diskriminasi, kami memberantas rasisme dan kami mulai memiliki harapan nyata akan keberhasilan, di situlah saya ingin mewujudkannya."
"Tapi itu tidak mudah. Kita harus melihat dengan sangat hati-hati rasisme dan diskriminasi nyata yang dihadapi orang-orang," kata Johnson.
Seorang demonstran melempar botol selama protes Black Lives Matter di London, Inggris pada 7 Juni 2020, menyusul kematian George Floyd yang meninggal saat ditangkap polisi di Minneapolis, Amerika Serikat.[REUTERS / Dylan Martinez]
Sehari sebelumnya atau pada Sabtu, 100 orang ditangkap setelah bentrokan pecah antara kelompok sayap kanan dan demonstran antirasisme Black Lives Matter di London.
Pelanggaran mulai jam 9 malam termasuk kekerasan, serangan terhadap petugas, kepemilikan senjata ofensif, kepemilikan obat-obatan kelas A, dan pelanggaran dipicu minuman beralkohol, kata Kepolisian Metropolitan London dalam sebuah twit, dikutip dari CNN.
Kelompok-kelompok sayap kanan melempari polisi dengan botol-botol dan kadang-kadang bentrok dengan petugas ketika mereka melakukan protes di London pusat.
Ratusan pria kulit putih setengah baya, berkumpul di Parliament Square, di mana video menunjukkan sejumlah kecil pendemo sayap kanan melemparkan benda ke barisan polisi, beberapa di antaranya merespons dengan tongkat.
Kelompok-kelompok itu, beberapa di antara mereka meneriakkan "Inggris" selama bentrokan, mengatakan kontra-protes itu dimaksudkan untuk "melindungi" patung-patung di sekitar Parliament Square, termasuk patung perdana menteri masa perang Winston Churchill.
Di Trafalgar Square, para perwira membentuk penghalang antara kelompok Black Lives Matter dan kelompok sayap kanan, ketika otoritas di ibu kota Inggris mendesak orang-orang untuk menjauh dari protes, mengingat kemungkinan besar kekerasan.
Sementara kedua pengunjuk rasa bentrok di jalan-jalan, Wali Kota London Sadiq Khan menyalahkan kelompok sayap kanan atas kekerasan itu.
"Jutaan orang London akan merasa jijik dengan adegan memalukan dari kekerasan, penodaan dan rasisme yang diperlihatkan oleh para ekstremis sayap kanan yang berkumpul di kota kami hari ini," twit Khan pada Sabtu malam, dikutip dari Politico.
Perdana Menteri Boris Johnson juga mengutuk "premanisme rasis" setelah pendemo sayap kanan bentrok dengan aktivis antirasis dan polisi di London pada hari Sabtu.
"Premanisme rasis tidak memiliki tempat di jalan-jalan kita. Siapa pun yang menyerang polisi akan bertemu dengan kekuatan penuh hukum. Unjuk rasa & protes ini telah ditumbangkan oleh kekerasan dan melanggar pedoman saat ini. Rasisme tidak memiliki tempat di Inggris dan kita harus bekerja bersama untuk mewujudkannya," kicau Boris Johnson pada Sabtu malam.