TEMPO.CO, Jakarta - Klub-klub malam di Jerman dan belahan negara lainnya yang menghadirkan acara tarian erotis, benar-benar terpukul dengan dampak wabah virus corona. Kondisi ini membuat para pemilik klub malam tersebut harus putar otak bagaimana agar mereka bisa tetap mendapat penghasilan.
Situs asiaone.com mewartakan lockdown yang diberlakukan banyak negara demi menghentikan penyebaran virus corona telah membuat tempat-tempat ibadah, bioskop dan tempat-tempat konser di hampir seluruh dunia tutup sementara. Pemilik hiburan malam pun kena imbasnya.
Seorang penari erotis menari saat kendaraan pembeli memasuki tenda dansa drive-through bar hiburan dewasa Lucky Devil Lounge, Portland, Oregon, AS, 24 April 2020. Selain layanan drive-thru, bar ini juga menyediakan layanan antar makanan yang dilakukan oleh para penarinya. REUTERS/Terray Sylvester
Pemilik klub malam yang menghadirkan tarian 18+ atau tarian striptis mencoba mengundang para pengemudi ke area terbuka yang sudah disediakan, di mana para penari erotis menari di sana. Mereka yang ingin melihat dan menikmati tarian erotis ini dari dalam mobil mereka (drive-through), tentu saja diminta membayar.
Belum lama ini, layanan semacam itu juga tampak di Kota Landshut, Bayern, Jerman. Layanan itu menarik pengunjung dari hampir seluruh wilayah timur Bavaria, termasuk Kota Munich. Tarian erotis itu menjadi hiburan malam hari bagi mereka sedang berfikiran jorok, namun tubuh mereka tetap bersih (sesuai protokol pencegahan virus corona).
Dalam acara tari striptis akhir Mei lalu di Landshut, tampak mobil-mobil mengular menunggu giliran mereka masuk ke area terbuka tempat tarian nyaris tanpa busana itu digelar. Para penari saling menjaga jarak fisik (social distancing) sambil menari di tenda terbuka yang sudah disediakan. Setiap tarian digelar sekitar 20 menit oleh sebuah rumah prostitusi lokal di selatan Jerman.
Gaya hiburan yang mirip semacan ini juga dilakukan pengusaha klub malam di Port Elizabeth - Afrika Selatan dan Portland – Oregon Amerika Serikat.