TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat Ukraina pada Sabtu, 13 Juni 2020, mengaku telah ditawari uang suap US$ 5 juta atau Rp 71 miliar agar mereka mau menghentikan upaya pembuktian dugaan penggelapan uang di Burisma, sebuah perusahaan bidang energi.
Suap yang hendak diberikan ke pejabat berwenang di Ukraina terkait penggelapan uang negara ke sebuah bank. Beberapa dari total uang US$ 5 juta ditawarkan ke petugas anti-korupsi Ukraina dan sisa US$ 1 juta rencananya diberikan ke seorang pejabat pemerintah yang bertindak sebagai calo.
Pengakuan pejabat Ukraina itu sama sekali tidak menyebut-nyebut nama Hunter Biden, mantang anggota dewan Burisma, yang juga putra Joe Biden politikus Amerika Serikat yang sekarang mencalonkan diri menjadi Presiden Amerika Serikat.
Otoritas Ukraina menyita uang suap Rp 71 miliar yang hendak diberikan ke petugas berwenang agar penyelidikan dugaan penggelapan uang di Burisma dihentikan. Sumber: RochesterFirst
Burisma pada tahun lalu menjadi sorotan setelah muncul permohonan pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump untuk membuktikan apakah Trump sudah menekan Kiev agar membuka kasus melawan Biden, rival politiknya dalam pemilu presiden Novemner 2020 nanti. Trump ketika itu dituduh ingin ada investigasi terhadap Biden dan Hunter.
Artem Sytnyk, Kepala biro anti-korupsi Ukraina (NABU) mengatakan ada tiga orang yang sudah ditahan terkait kasus upaya suap terhadap pejabat untuk menghentikan penyelidikan kasus ini. Dua dari tiga orang itu adalah seorang pegawai pajak dan mantan pegawai pajak.
Situs reuters.com mewartakan uang US$ 5 juta adalah uang suap terbesar yang pernah disita NABU. Uang sebanyak itu dipamerkan ketika dilakukan konferensi pers. Uang itu dimasukan ke dalam plastik transpran dan dibawa oleh petugas.
Burisma dalam pernyataan memastikan tidak ada sangkut-paut dengan masalah ini. Mereka juga menolak memberikan informasi di mana keberadaan Mykola Zlochevsky, pendiri Burisma dan mantan Menteri Ekologi Ukraina.