TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa anti-rasisme di Paris, Prancis, pada Sabtu, 13 Juni 2020, berujung ricuh. Aksi protes ini bentuk solidaritas atas kematian George Floyd, warga kulit hitam Amerika Serikat keturunan Afrika, yang tewas ditekuk oleh seorang polisi kulit putih.
Situs reuters.com mewartakan pengunjuk rasa berkumpul di Place de la Republique dan di bawah patung tokoh Marianne meneriakkan kalimat ‘tak ada keadilan, taka da perdamaian’. Sebuah spanduk yang di bawa kerumunan demonstran bertuliskan ‘saya berharap saya tidak terbunuh hari ini karena berkulit hitam’.
Ribuan warga turun ke jalan di Paris, Prancis, memprotes tewasnya pria kulit hitam Adama Traore, 24 tahun, akibat tindakan polisi seperti pada kasus George Floyd. France24
Unjuk rasa yang semula berjalan damai, mulai goyah ketika kepolisian menolak memberikan izin kepada para penyelenggara untuk melakukan aksi jalan ke Opera House. Bentrokan pertama terjadi setelah tiga jam aksi berjalan damai.
Beberapa demonstran mulai melemparkan botol, batu dan ban sepeda ke arah kepolisian anti-huru-hara. Sebuah toko dirusak dalam unjuk rasa ini. Pihak penyelenggara mendesak para demonstran yang membawa anak-anak mereka, agar segera meninggalkan area unjuk rasa.
Unjuk rasa di Prancis ini buntut kematian Floyd di Minneapolis, Amerika Serikat, pada akhir bulan lalu. Aksi protes di Prancis lalu menyoroti masyakarat yang tinggal di wilayah miskin Prancis, di mana kelompok-kelompok HAM menuding adanya perlakuan buruk kepolisian Prancis terhadap penduduk di sana yang sebagian besar berlatar belakang imigran.
“Kematian George Floyd telah menjadi seruan bagi kematian adik saya Adama Traore di Prancis. Apa yang terjadi di Amerika Serikat, terjadi juga di Prancis, saudara-saudara kami meninggal,” kata Assa Traore, 24 tahun, adik Adama Traore yang meninggal di Paris pada 2016 setelah polisi menahannya.
Keluarga Traore menceritakan Adama mengalami sesak nafas ketika tiga aparat berwenang menekan badannya dengan berat badan ketiganya. Otoritas di Prancis masih belum menyimpulkan penyebab kematian Adama.
Pada awal pekan ini Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner menyadari ada sejumlah kecurigaan tindakan rasisme dalam lingkup aparat penegak hukum di Prancis.
Ucapan Castaner itu tak pelak langsung menuai kecaman dari kepolisian Prancis, yang menyebut para petugas sering di kambing hitamkan untuk masalah-masalah sosial. Anggota kepolisian pun melakukan unjuk rasa di beberapa kota di Prancis menolak tuduhan Castaner.