TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Manuel Marrero Cruz mengatakan pada Rabu, Kuba akan menguji semua pelancong untuk Covid-19 ketika perbatasan dibuka kembali untuk turis asing.
Marrero Cruz mengatakan Kuba akan secara hati-hati membuka lockdown sebagian dan spesialis akan melakukan pemantauan epidemiologi di hotel.
Pada tahap awal, pengunjung tidak akan diperbolehkan mengunjungi Havana, pusat wabah Kuba, menurut laporan Reuters, 12 Juni 2020.
Dalam presentasinya kepada dewan menteri, yang dilaporkan oleh media yang dikelola pemerintah, Marrero Cruz tidak memberikan kerangka waktu untuk pembukaan kembali pariwisata, salah satu sumber pendapatan utama Kuba.
Perdana menteri mengatakan Kuba akan membuka lebih dulu pariwisata domestik dan rincian lebih lanjut akan segera diumumkan.
Pembukaan pariwisata Kuba menandai tahap baru pengendalian virus corona di negara sosialis itu.
Rata-rata kasus baru turun menjadi kurang dari 10 per hari dari puncak sekitar 50, dan dua pertiga pulau itu bebas virus, menurut data resmi.
Dengan ini, Kuba menjadi negara pertama yang sukses mengendalikan virus corona di benua Amerika, dan kedua di dunia setelah Selandia Baru.
Lantas bagaimana strategi Kuba melawan Covid-19?
Perawatan kesehatan universal dan dokter
Jurnalis AS yang fokus pada isu Kuba, Gail Reed, pernah melaporkan, "dengan poliklinik berbasis komunitas sebagai pusat perhatiannya, sistem perawatan kesehatan utama Kuba telah memberikan hasil yang patut ditiru karena terus beradaptasi dengan tantangan baru".
Kuba memiliki sistem universal health care atau sistem perawatan kesehatan universal, yang berarti semua penduduk mendapat akses kesehatan gratis.
Sistem perawatan kesehatan Kuba, yang lahir dari ideologi sosialis revolusionernya, menganggap akses ke layanan kesehatan sebagai hak fundamental warganya. Ini sangat berfokus pada pendekatan pencegahan untuk pengobatan dan menawarkan pemeriksaan paling sederhana untuk operasi paling kompleks, dan gratis. Perawatan gigi, obat-obatan dan bahkan kunjungan rumah dari dokter semuanya tercakup dalam sistem, menurut The Conversation.
Perawat Yosian Diago memeriksa dari rumah ke rumah untuk orang-orang dengan gejala Covid-19 di tengah kekhawatiran tentang penyebaran penyakit virus corona, di pusat kota Havana, Kuba, 8 Juni 2020. [REUTERS / Alexandre Meneghini]
Kuba adalah negara kepulauan dengan hampir 12 juta penduduk, terletak di wilayah geopolitik yang kompleks. Selama krisis Covid-19 saat ini, negara kecil Karibia itu sering ditampilkan sebagai "rezim Castro", periode dari kematian Fidel Castro pada November 2016 dan akhir kepresidenan Raul Castro pada April 2018.
The Conversation, jaringan media nirlaba yang ditulis akademisi dan peneliti, mengatakan Kuba adalah negara dengan lulusan dokter yang banyak dan sering mengirim dokter ke negara lain. Orang Kuba dapat belajar kedokteran gratis (seperti siswa asing di ELAM, Sekolah Kedokteran Amerika Latin) dan menikmati tingkat dokter per kapita yang lebih dari cukup, tetapi tidak selalu memiliki akses ke obat-obatan dasar karena undang-undang ekstrateritorial AS.
Pada 2017, surat kabar El Pais pernah mengatakan sistem kesehatan telah menjadi kebanggaan bagi pemerintahan Kuba.
Negara ini memiliki dokter-dokter yang terlatih dan cakap. Sektor ini telah menjadi penghasil ekspor penting dan memberi Kuba kekuatan lunak. Namun, gambaran ini sebenarnya tidak terlalu cerah karena banyak infrastruktur kesehatan semakin memburuk dan ada sistem dua tingkat de facto yang menguntungkan mereka yang memiliki uang.
Sejauh ini, 3.337 dokter dan perawat Kuba dari Kontingen Medis Henry Reeve telah bergabung dalam perang melawan virus corona di seluruh dunia, yang lebih dari 2.000 di antaranya adalah perempuan, Xinhua melaporkan.
Kuba telah mengirim 34 tim tanggap darurat ke 27 negara di Amerika Latin, Karibia, Afrika, Timur Tengah, dan untuk pertama kalinya ke Eropa, di mana dua tim medis Kuba masih memberikan bantuan kesehatan di Italia dan Andorra.
Sentralisasi dan kesigapan Kuba