TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara menyerang Sekjen PBB Antonio Guterres dengan menyebutnya sedang berpura-pura mabuk. Pernyataan itu dilontarkan setelah Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyinggung keputusan Pyongyang yang memutuskan jalur komunikasi langsung (hotlines) dengan Korea Selatan.
“Kami sangat heran dengan pernyataan sembrono seperti itu, tanpa penilaian akal sehat, apalagi pengetahuan dasar hubungan Korea Utara – Korea Selatan. Ini keluar dari PBB pusat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara seperti diwartakan kantor berita KCNA.
File Foto, Warga Korea Selatan menonton televisi yang menampilkan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Seoul, Korea Selatan, 21 April 2020. Dilaporkan KCNA, Kim menginspeksi pabrik tersebut dan dijelaskan mengenai proses produksi REUTERS/Heo Ran/File Photo
Sebelumnya pada Rabu, 10 Juni 2020, Dujarric mengatakan Guterres menyayangkan keputusan Korea Utara soal pemutusan jalur komunikasi langsung dengan Korea Selatan. Guterres pun memperingatkan memiliki kontak langsung seperti itu (hotlines) sangat penting untuk menghindari salah faham atau salah perhitungan.
“Apakah hanya Sekjen PBB yang tahu apakah dia pura-pura menutup mata pada pasal-pasal dalam kesepakatan inter-Korea soal menghentikan semua permusuhan terhadap pihak lain atau dia (Guterres) pura-pura mabuk,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
Pyongyang dalam keterangannya menyebut mereka tidak dapat mengesampingkan ucapan juru bicara PBB itu dan menuding Guterres sudah berpihak pada Amerika Serikat dengan mengutarakan pandangan yang tak pantas dan bias. Dujarric menolak mengomentari pernyataan Korea Utara itu.
Keputusan Pemerintah Korea Utara pada Selasa, 10 Juni 2020, adalah sebuah kemunduran dalam upaya membujuk negara itu agar menghentikan program senjata nuklirnya. Dalam beberapa hari terakhir, Korea Utara mengecam Korea Selatan karena tidak bisa menghentikan para pembelot yang berlindung ke negara itu, yang terus membagikan selebaran atau materi lainnya ke Korea Utara.