TEMPO.CO, Jakarta - Eropa terancam menghadapi gelombang kedua infeksi virus corona dalam beberapa pekan ke depan yang disebabkan unjuk rasa solidaritas anti-rasisme atas kematian warga kulit hitam Amerika Serikat keturunan Afrika, George Floyd. Unjuk rasa tersebut dilakukan selama beberapa hari terakhir dan telah membuat para ahli, politikus serta pejabat tinggi di Uni Eropa waswas.
“Jika Anda meminta setiap orang melakukan jaga jarak aman satu meter dan yang terjadi semua orang berdiri saling bersebelahan, saya punya firasat tak bagus soal itu. Saya berharap saya salah (kasus baru infeksi virus corona),” kata Jozef Kesecioglu, Kepala Komunitas Eropa bidang perawatan kesehatan, Kamis, 11 Juni 2020, seperti dikutip reuters.com.
Ribuan pengunjuk rasa di taman Piazza del Popolo atau Plaza Rakyat di Roma, Italia kemarin menuntut keadilan bagi George Floyd yang tewas akibat polisi rasis di AS. [CHANNEL NEWS ASIA]
Total sekitar 10 ribu demonstran melakukan unjuk rasa di kota-kota besar di Eropa dalam beberapa hari terakhir. Unjuk rasa untuk menentang rasisme terkait kematian Floyd di tangan polisi kulit putih Amerika Serikat.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengimbau masyarakat agar tidak berkumpul lebih dari enam orang, termasuk unjuk rasa pun dilarang.
“Saya mengerti masyarakat ingin memperlihatkan kepedulian mereka atas apa yang terjadi, tapi ini adalah sebuah virus yang bisa menyebar lewat kontak sosial,” kata Hancock.
Banyak negara-negara Eropa sudah melewati puncak penyebaran virus corona atau Covid-19. Secara bertahap mulai membuka aktivitas ekonomi dan wilayah perbatasan menyusul kasus baru virus corona yang mulai turun dalam beberapa pekan terakhir.
Sebelum adanya unjuk rasa anti-rasisme dalam beberapa pekan terakhir, para ilmuan sudah memprediksi kemungkinan gelombang kedua kasus baru infeksi Covid-19 setelah musim panas. Akan tetapi, adanya gelombang unjuk rasa ini dikhawatirkan proyeksi para ilmuwan tersebut benar terjadi.
Saat ini masih belum diketahui apakah Covid-19 menular karena faktor musiman dan berapa banyak waktu idealnya yang bisa dihabiskan seseorang di ruang terbuka, di mana partikel berbahaya ini menyebar dengan cepat dan bagaimana membatasi penyebarannya. Martin Seychell, pegawai bidang kesehatan di Komisi Uni Eropa, mengatakan sama seperti penyakit pernafasan lainnya, acara-acara yang mengundang banyak orang bisa menjadi penyebaran terbesar.