TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menampik usulan mengganti nama-nama markas militer yang menggunakan nama tokoh Konfederasi terkait isu kesetaraan ras terkait tewasnya George Floyd pada Rabu, 10 Juni 2020.
Sikap ini muncul bersamaan dengan pelarangan pengibaran bendera Konfederasi dari ajang balap mobil NASCAR.
Tokoh Partai Demokrat juga sedang mengupayakan pemindahan patung-patung tokoh Konfederasi dari Gedung Capitol Hill.
Ini adalah patung dari tokoh-tokoh Konfederasi atau orang yang mendukung sistem perbudakan kulit hitam di AS bagian selatan pada Perang Sipil 1860.
“Amerika Serikat melatih dan mengerahkan para PAHLAWAN di tanah ini dan memenangkan dua Perang Dunia. Maka pemerintahan saya bahkan tidak bakal mempertimbangkan penggantian nama dari Instalasi Militer Hebat ini,” kata Trump lewat cuitan di Twitter seperti dilansir Reuters pada Kamis, 11 Juni 2020.
Rakyat Amerika Serikat semakin terbuka kesadaran mengenai isu kesetaraan ras pasca tewasnya seorang pria kulit hitam bernama George Floyd.
Floyd tewas setelah seorang polisi kulit putih bernama Derek Chauvin menindih leher belakangnya menggunakan dengkul selama nyaris 9 menit saat proses penangkapan.
Ini membuat Floyd mengatakan berulang kali bahwa dia tidak bisa bernapas.
Chauvin menangkap Floyd atas pengaduan seorang petugas mart yang mengatakan pria berusia 46 tahun itu membeli rokok menggunakan uang palsu seperti dilansir CNN.
Saat ini ada sekitar 10 markas militer yang menggunakan nama para pemimpin Konfederasi pendukung perbudakan kulit hitam di AS.
Markas ini menyebar dari Virginia hingga Texas. Sikap Trump ini dianggap sebagai tamparan bagi para pejabat tinggi Pentagon.
Selama ini, sejumlah pejabat tinggi Pentagon telah menyatakan membuka diri untuk berdiskusi soal pergantian nama markas ini. “Ini dianggap sebagai salah satu cara yang bisa ditempuh untuk melakukan rekonsiliasi ras,” begitu dilansir Reuters.