TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Kesehatan Singapura (HSA) telah menyetujui penggunaan Remdesivir untuk perawatan pasien virus Corona (COVID-19). Namun, penggunaan obat yang sejatinya untuk Ebola tersebut hanya boleh dilakukan untuk pasien dengan kondisi tertentu.
"Untuk mengoptimalkan penggunaan Remdesivir terhadap perawatan pasien Corona, HSA bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk memperjelas kategori pasien mana saja yang bisa mendapatkannya," ujar pernyataan pers HSA sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 10 Juni 2020.
Mengacu pada keterangan HSA, saat ini hanya pasien dewasa saja yang boleh mendapatkan perawatan dengan Remdesivir. Selain itu, pasien tersebut harus dalam kondisi benar-benar membutuhkan pasokan oksigen atau membutuhkan alat bantu pernafasan.
Pasien yang saturasi oksigennya berada di bawah 94 persen juga diperbolehkan menerima Remdesivir. Adapun HSA mengatakan bahwa kategori pasien yang boleh menerima Remdesivir akan ditambah setelah pihaknya menerima cukup data soal efektivitas obat buatan Gilead tersebut.
"Meski data, efektivitas, dan keamanan Remdesivir masih terbatas saat ini, HSA memperbolehkan obat itu untuk digunakan karena situasi darurat," ujar HSA dalam keterangan persnya.
Sebagai catatan, Singapura adalah salah satu negara pertama di Asia yang menyetujui penggunaan Remdesivir untuk pengobatan pasien Corona. Sejak Maret kemarin, uji klinis sudah dilakukan terhadap Remdesivir dan hal itu menjadi acuan keputusan pemakaian yang lebih luas pada Rabu kemarin.
Gilead sendiri, selaku produsen Remdesivir, memiliki kantor di Singapura. Dan, saat ini, HSA mewajibkan mereka untuk mengawasi dan mencatat segala perawatan virus Corona yang menggunakan Remdesivir.
Hingga berita ini ditulis, Singapura tercatat memiliki 38.965 kasus dan 25 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19).
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA