TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari seribu orang berkumpul di depan Universitas Oxford, Inggris pada Selasa, 9 Juni 2020, menuntut agar patung Cecil Rhodes pada abad ke 19, diturunkan. Tuntutan itu muncul menyusul gelombang anti-rasisme di penjuru Amerika Serikat dan Eropa.
“Rhodes mewakili warisan kolonialisme, imperialisme, perbudakan khususnya di wilayah Afrika bagian selatan. Menurunkan patung ini dan merayakannya,” kata Morategi Kale, warga Afika Selatan yang kuliah di Universitas Oxford, seperti dikutip dari reuters.com.
Lebih dari seribu orang berunjuk rasa di depan universitas oxford meminta agar patung cecil Rhodes dipindahkan. Tuntutan itu bagian dari gelombang protes anti-ras. Sumber: Reuters India
Banyak akademisi dan tokoh publik yang menentang penurunan patung Cecil Rhodes dengan alasan patung seperti itu menggambarkan sejarah dan harusnya dijadikan bahan diskusi. Akan tetapi, para pengunjuk rasa mengatakan Rhodes seharusnya tidak lagi punya tempat kebanggaan.
Patung itu ditempatkan menghadap ke Oriel Collage, High Street, Oxford.
“Saya rasa apa yang dilakukannya seharusnya di museum, bukan di sebuah institusi pendidikan tinggi. Salah penempatan,” kata Butch Smith, chef, yang ikut berunjuk rasa bersama putrinya.
Jeevan Ravindran, mahasiswa, mengatakan patung Cecil Rhodes memperlihatkan kalau Universitas Oxford sudah gagal terlibat dalam masalah yang dihadapi oleh mahasiswa dari latarbelakang etnis minoritas.
“Untuk mahasiswa kulit hitam dan cokelat harus berkeliling universitas ini dan melihat simbol-simbol perbudakan serta penjajahan yang cukup mengerikan,” kata Ravindran.
Cecil Rodhes adalah pengusaha asal Inggris yang mengambil keuntungan dari bisnis pertambangan di Afrika Selatan. Sesuai dengan wasiatnya sebelum meninggal, Rhodes mendirikan beasiswa Rhodes Scholarship untuk mahasiswa di Universitas Oxford.