TEMPO.CO, Washington - Wajah bekas Wakil Presiden Joe Biden terlihat sumringah di laman situs Joebiden.com.
Ada angka US$5, US$25, dan US$100 atau setara Rp1.4 juta pada sisi kanan laman, yang menunjukkan opsi jumlah sumbangan bagi para simpatisan.
Nama Biden menjadi ramai dibincang publik saat dia menjadi wakil Presiden untuk Presiden Barack Obama pada periode 2009 – 2017.
“Dia pernah mengikuti proses nominasi untuk kandidat Presiden dari Partai Demokratik pada 1988 dan 2008,” begitu dilansir New York Times pada Selasa, 9 Juni 2020.
Pria bernama lengkap Joseph Robinette Biden merupakan calon kandidat dari Partai Demokrat untuk pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 3 November 2020.
Baca Juga:
Sebelum menjadi wapres, Biden merupakan seorang senator berpengalaman dari Delaware atau selama enam periode. Dia mewakili negara bagian itu dari 1973 – 2009.
Biden, 77 tahun, akan bertarung melawan inkumben saat ini yaitu Presiden Donald Trump, 73 tahun, yang menjadi calon kandidat andalan dari Partai Republik.
Biden mencoba membangun imej sebagai seorang pemimpin yang kokoh dan berpengalaman dan siap memimpin di tengah dunia yang serba tidak pasti.
Terkait isu pembubaran polisi dan insiden tindak kekerasan bernuansa rasisme, Biden menunjukkan simpatinya untuk pria kulit hitam bernama George Floyd, 46.
Floyd tewas setelah ditangkap seorang polisi kulit putih, yang menindih lehernya selama nyaris sembilan menit dengan dengkul pada 25 Mei 2020.
Sebagai politikus berpengalaman, Biden menggunakan momen ini untuk mengritik Donald Trump.
Ini terkait pernyataan Trump yang berharap jiwa George Floyd akan senang karena angka pengangguran yang rendah selama masa pemerintahannya.
“Saya harap George Floyd melihat ke bawah dan mengatakan ini hal hebat yang terjadi bagi negara kita. Ini hari yang hebat baginya,” kata Trump di taman Rose Garden pada Jumat, 5 Juni 2020.
Soal ini, Biden menyayangkannya. “Kata terakhir George Floyd adalah ‘Saya tidak bisa bernapas’. Ini bergaung ke seluruh negara dan dunia. Presiden mencoba menaruh kata-kata lain di mulut George Floyd. Terus terang saya merasa itu menjijikkan,” kata Biden.
Karir politik Biden relatif mulus. Namun, dia sempat diterpa isu tidak sedap mengenai posisi putranya Hunter Biden, yang menempati posisi direktur di Burisma.
Ini merupakan perusahaan gas, yang berbasis di Ukraina.
Trump mempertanyakan mengapa Hunter bisa mendapatkan posisi strategis itu saat ayahnya masih menjabat Wapres.
Isu ini berkembang begitu ramai dan berujung pemakzulan Trump oleh DPR AS, yang dikontrol Partai Demokrat.
Trump lolos dari upaya pemakzulan karena Senat AS, yang dikontrol mayoritas Partai Republik, menolak upaya ini.
Otoritas Ukraina juga tidak melanjutkan penyelidikan terhadap Hunter, yang telah mengundurkan diri dari Burisma sejak 2019.
Baru-baru ini, Biden juga diterpa isu pelecehan seksual. Isu itu datang salah satunya dari Tara Reade, yang pernah menjadi staf di Senat AS.
Trump, yang menjadi pesaing Biden, berhadapan dengan 17 perempuan yang menuduhnya melakukan pelecehan seksual. Trump membantah hal itu pernah terjadi.
Menurut Reade, Biden pernah melakukan pelecehan seksual pada 1993. “Dia suka menaruh tangannya di pundak saya dan jarinya menyentuh leher saya,” kata Reade seperti dikutip Time.
Reade melanjutkan,”Saya akan diam saja dan menunggunya berhenti melakukan itu.” Reade pernah menjadi staf Senat di kantor Biden pada 1992 – 93.
Reade juga mengatakan Biden pernah menekan tubuhnya ke dinding kantor dan tangan bosnya itu masuk ke dalam rok.
“Orang itu melakukan hal ini kepada saya tapi dia juga melakukan hal-hal baik,” kata Reade, yang mengaku mengalami konflik batin soal Joe Biden.
Reade menjadi satu dari delapan perempuan yang pernah mengajukan komplain soal Biden.
Keluhan itu seperti Biden menyentuh tubuh mereka secara tidak pantas, membuat mereka merasa tidak nyaman, atau melanggar wilayah pribadi.
Dalam wawancara dengan MSNBC, Biden mengatakan,”Tuduhan itu tidak benar. Saya katakan dengan seyakin-yakinnya bahwa itu tidak pernah terjadi.”
Seperti dilansir Politico, Biden juga mengatakan orang yang percaya dengan tuduhan Reade sebaiknya tidak memilihnya sebagai Presiden.
“Itu tidak pernah terjadi. Saya janjikan ini kepada Anda,” kata Joe Biden. “Mereka harus mengikuti kata hatinya. Jika mereka percaya Tara Reade, mereka mungkin sebaiknya tidak memilih saya. Saya tidak akan memilih diri saya jika saya yakin dengan penjelasan Tara Reade.”