TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan warga Lebanon pada Sabtu, 6 Juni 2020, berunjuk rasa menuntut pemerintah yang memimpin saat ini mengundurkan diri terkait cara penanganan pandemik virus corona. Lockdown yang diberlakukan Pemerintah Lebanon telah membuat negara itu terperosok dalam krisis ekonomi.
Dikutip dari middleeastmonitor.com, beberapa demonstran yang marah ada yang melemparkan batu ke arah kepolisian anti-huru-hara dan meneriaki agar pemerintah yang memimpin saat ini mengundurkan diri.
Warga Lebanon berunjuk rasa meminta lockdown dilonggarkan. Sumber: Al Jazeera
Sebagian besar pengunjuk rasa menggunakan masker dan membawa bendera nasional Lebanon. Para pengunjuk rasa berkumpul di alun-alun Ibu Kota Beirut, yang juga menjadi pusat unjuk rasa pada tahun lalu. Alun-alun itu dalam beberapa bulan terakhir lengang karena lockdown yang diberlakukan demi menekan penyebaran virus corona.
Sejumlah aturan pembatasan gerak sudah dicabut menyusul kondisi perekonomian yang memburuk. Pemerintah Lebanon yang baru berusia lima bulan dituntut oleh para demonstran agar mengundurkan diri dan digelar pemilu parlemen yang lebih awal.
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab dilantik menjadi orang nomor satu di negaranya pada Januari 2020 atas dukungan kelompok Hizbulah di Iran dan sekutu-sekutunya dari pemerintahan sebelumnya. Pemerintahan Lebanon sebelumnya digulingkan lewat unjuk rasa.
Perdana Menteri Diab sudah melakukan pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional atau IMF tentang program reformasi ekonomi. Diab berharap bisa mendapat pinjaman miliaran dolar untuk pendanaan dan pemulihan perekonomian negaranya.
Lebanon sudah lama terlilit krisis ekonomi, di mana puncaknya pada akhir Oktober 2019 saat pecahnya unjuk rasa yang melawan kalangan elit menyusul melambungnya harga dolar sehingga membuat bank-bank melakukan kontrol modal yang ketat. Kondisi diperparah dengan naiknya harga barang-barang kebutuhan. Sekarang, perusahaan dibuat pusing dengan wabah virus corona sehingga harus melakukan PHK.