TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Brasil memutuskan berhenti mempublikasikan jumlah kasus maupun kematian akibat infeksi virus corona atau COVID-19 setelah menuai banyak kritik dari para ahli.
Pemerintah Brasil diduga berusaha menutupi kebenaran data penyakit virus corona. Statistik pemerintah dianggap kurang lengkap bahkan dalam beberapa kasus dicurigai dimanipulasi. Sehingga tidak mungkin memahami kedalaman dari wabah COVID-19 di negara terbesar di kawasan Amerika Latin ini.
Sebagaimana dilaporkan The Associated Press dan dikutip South China Morning Post, 8 Juni 2020, data statistik terbaru menunjukkan 34 ribu orang meninggal akibat infeksi virus corona. Ini angka tertinggi ketiga di dunia seelah Italia.
Kemudian, 615 ribu kasus infeksi virus corona, sehingga menempatkan Brasil di uruan kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Hari Jumat, Kementerian Kesehatan federal Brasil memat data di situs yang menunjukkan data harian, mingguan, hingga bulanan tentang kasus infeksi dan kematian.
Di hari Sabtu, data statistik kembali tayang di situs namun jumlah kumulatif infeksi dari negara-negara bagian tidak ada lagi. Situs ini saat ini hanya menyajikan data 24 jam lalu sebelumnya.
Presiden Jair Bolsonaro melalui Twitter hari Sabtu lalu mengatakan, total data tidak merepresentasikan situasi saat ini.
Surat kabar O Globo melaporkan, beberapa negara bagian memberikan data COVID-19 yang salah ke Kementerian Kesehatan.
"Jumlah yang kita miliki saat ini fantastis atau dimanipulasi," kata Carlos Wizard, seorang pengusaha.
Hakim di Pengadilan Mahkamah Gilmar Mendes melalui Twitter pada Sabtu lalu menuliskan: manipulasi statis merupakan manuver rezim totaliter.
Adapun Kejaksaan menyatakan akan melakukan penyelidikan terhadap pembenaran atas perubahan data COVID-19 oleh Kementerian Kesehatan Brasil.