TEMPO.CO, Jakarta - Dua puluh enam orang tewas dan sebuah desa terbakar di wilayah Mopti yang bergejolak di Mali tengah, Afrika, pada hari Jumat.
Serangan itu menargetkan desa Fulani Binedama, kata Aly Barry, seorang pejabat dari Tabital Pulaaku, sebuah asosiasi Fulani, seperti dikutip dari Al Jazeera, 7 Juni 2020. Dua pejabat lokal lainnya mengkonfirmasi serangan itu dan mengatakan desa itu dibakar dan kepala desanya terbunuh.
Seorang pejabat pemerintah setempat di Koro, sebuah subdivisi wilayah Mopti, mengatakan serangan terhadap Binedama terjadi pada Jumat sore.
Dua perempuan dan seorang gadis berusia sembilan tahun termasuk di antara mereka yang terbunuh, kata pejabat yang berbicara dengan syarat anonim.
Moulaye Guindo, wali kota Bankass, yang bertetangga dengan Binedama, mengatakan antara 20 dan 30 orang terbunuh oleh sekelompok orang dalam pakaian militer, menurut laporan Reuters.
Serangan itu terjadi pada saat meningkatnya konflik di Mali karena ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah, dan meningkatnya laporan pelanggaran yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Mali. Tidak diketahui siapa yang melakukan serangan dan hingga kini belum ada grup yang mengaku bertanggung jawab.
Mali, sebuah negara berpenduduk sekitar 19 juta orang, telah berada dalam cengkeraman pemberontakan sejak 2012, ketika para pejuang garis keras memimpin pemberontakan separatis awalnya oleh etnis Tuareg di utara.
Konflik yang telah menewaskan ribuan tentara dan warga sipil hingga saat ini, telah menyebar ke Mali tengah, serta ke negara tetangga Burkina Faso dan Niger.