TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan orang di beberapa kota di Australia pada Sabtu, 6 Juni 2020, turun ke jalan melakukan aksi solidaritas. Sebelumnya aksi serupa dilakukan di Tokyo dan Seoul untuk memprotes kebrutalan seorang aparat kepolisian kulit putih yang menewaskan seorang laki-laki kulit hitam, George Floyd, 46 tahun.
Situs reuters.com mewartakan unjuk rasa damai terjadi di Kota Birsbane, Australia, yang diperkirakan diikuti oleh sekitar 10 ribu orang. Mereka yang melakukan aksi solidaritas ini menggunakan masker dan diantaranya memegang karton bertuliskan ‘Black Lives Matter’.
Beberapa dari para demonstran itu ada yang membungkus tubuh mereka dengan bendera adat sambil menyerukan agar diakhirinya penganiayaan terhadap penduduk suku asli Australia.
Foto mugshot Derek Chauvin berbaju tahanan yang dirilis di sebuah penjara di Minneapolis, Minnesota, US. Ia ditangkap setelah terekam video menindih leher George Floyd dengan lutut hingga tidak dapat bernafas dalam sebuah penangkapan, hingga korban pingsan dan tewas setelah dirawat di rumah sakit. Department of Corrections Minnesota/ReutersWartag
Aksi protes juga terjadi di Sydney, yang dikawal ketat oleh aparat kepolisian. Mereka meneriakkan kalimat ‘Whose lives matter? Black Lives matter.’
Aksi soliaritas terjadi pula di Melbourne, Adelaide dan beberapa kota di Australia.
Selain Australia, di Tokyo orang-orang turun ke jalan memprotes perlakukan aparat kepolisian terhadap seorang laki-laki suku Kurdish yang mengaku di berhentikan saat sedang berkendara dan mendorongnya ke tanah sehingga membuatnya memar. Pengkoordinir unjuk rasa mengatakan aksi ini juga sekaligus sebagai bentuk dukungan Gerakan Black Lives Matter.
“Saya ingin mengatakan pada Anda bahwa sekarang ada rasisme di Jepang,” kata Wakaba, 17 tahun, murid SMA, yang menolak memberikan identitas lengkapnya.
Wakaba dan temannya, Moe, ikut melakukan aksi turun ke jalan menggunakan seragam sekolah. Wakaba membawa sebuah karton bertuliskan ‘jika Anda tidak marah, maka Anda tidak memperhatikan.’.
Di Seoul, Korea Selatan, puluhan aktivis Korea Selatan dan WNA di sana berkumpul. Beberapa ada yang menggunakan penutup wajah warna hitam dengan tulisan ’tak bisa bernafas’ atau kata terakhir yang diucapkan Floyd saat ditekuk ke tanah oleh seorang aparat kepolisian kulit putih.