TEMPO.CO, Jakarta - Tim negosiator Uni Eropa dan Inggris pada Jumat, 5 Juni 2020, mengakui mereka belum membuat kemajuan besar dalam melakukan perundingan kesepakatan perdagangan bebas Brexit. Padahal batas waktu pembuatan kesepakatan itu tinggal beberapa pekan lagi.
Akan tetapi, baik Inggris maupun Uni Eropa sepakat untuk sama-sama menghindari pembicaraan yang berlarut-larut. Walhasil, kedua belah pihak menyusun rencana untuk mengintensifkan negosiasi dan berjanji membuat dorongan politik ketika para pemimpin di Inggris dan Uni Eropa mengevaluasi kondisi yang ada saat ini pada pertemuan akhir Juni nanti.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara selama pidato kenegaraan dari Downing Street No 10 di tengah wabah penyakit virus corona masih berlanjut, London, Inggris, 10 Mei 2020. [Andrew Parsons / No 10 Downing Street / Handout melalui REUTERS]
Rencananya, Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada Januari 2021.
Hubungan Inggris – Uni Eropa saat ini dipimpin oleh sebuah pengaturan transisi yang membuat aturan sebelumnya masih berlaku, di mana pada saat yang sama mereka menegosiasikan aturan baru.
“Pekan ini, belum ada kemajuan yang signifikan. Kita tidak bisa seperti ini terus,” kata Kepala Negosiator Uni Eropa, Michel Barnier, seperti dikutip dari reuters.com.
Menurut Barnier, Uni Eropa dan Inggris masih jauh dari menyelesaikan aturan tentang perdagangan bebas khususnya soal jaminan kompetisi yang adil, hak-hak mencari ikan di wilayah perairan kedua pihak, dan pengaturan di bawah hubungan Inggris – Uni Eropa yang baru.
Barnier meyakinkan sektor jaminan perlindungan HAM, Inggris dan Uni Eropa sama-sama ingin melanjutkan kerja sama di bidang kriminalitas dan penegakan keadilan terhitung pada 2021, namun kata sepakat memang belum diambil.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada awal bulan ini seharusnya menggelar pembicaraan dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Ketua ke-27 pemimpin Uni Eropa, Charles Michel. Akan tetapi, negosiasi perdagangan bebas ini ditunda sampai akhir Juni atau awal Juli yang mungkin dilakukan lewat virtual karena krisis virus corona.