TEMPO.CO, Paris – Polisi Prancis menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi yang memprotes tewasnya seorang pria kulit hitam Adama Traore pada 2016 akibat operasi polisi seperti dalam demonstrasi membela George Floyd di Amerika Serikat.
Sejumlah orang menyamakan peristiwa ini dengan demonstrasi memprotes tewasnya pria kulit hitam George Floyd di Amerika Serikat.
Floyd meninggal setelah mengalami sesak napas akibat ditangkap seorang polisi berkulit putih, yang menekan leher belakangnya dengan dengkul di jalan di Minneapolis.
“Sejumlah demonstran mulai membakar ban dan membuat barikade di sekitar area Avenue de Clichy di Paris utara,” yang dipenuhi sampah dan kaca pecah,” begitu dilansir Reuters pada Rabu, 3 Juni 2020.
Ribuan orang berkumpul di Paris utara untuk mengenang pria kulit hitam bernama Adama Traore, 24 tahun, yang tewas dalam operasi polisi.
Keluarga Traore menyalahkan tindak kekerasan berlebihan oleh polisi saat menangkapnya.
Ada tiga orang polisi Prancis, yang menangkapnya bersamaan.
Laporan pathologi sampai pada kesimpulan berbeda apakah kematian Traore dua jam kemudian akibat sesak napas atau faktor lain.
Para demonstran ini melawan larangan polisi untuk berkumpul karena adanya wabah virus Corona dan berpotensi terjadinya ancaman gangguan keamanan.
Para demonstran ini menarik perhatian publik di sosial media, yang ramai dengan tagar “Black Lives Matter”.
Mereka ini mendukung sikap publik memprotes tindak kekerasan polisi di AS, yang menewaskan George Floyd, 46 tahun, pada 25 Mei 2020.