TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan Palestina mensyaratkan keterlibatan Rusia untuk membuka kembali perundingan dengan Israel mengenai masalah pendirian negara Palestina dan rencana Israel mencaplok Tepi Barat.
"Kami percaya Presiden Vladimir Putin dan yakin bahwa pertemuan seperti ini akan membuahkan hasil dan sukses membawa kami kembali ke perundingan, sama halnya dengan penghentian rencana Israel untuk menganeksasi sebagian dari Tepi Barat yang dikuasai," kata Riyad Al-Maliki, menteri luar negeri Palestina kemarin, 2 Juni 2020 sebagaimana dilaporkan Arab News, 3 Juni.
Menurut Al-Maliki, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah dua kali menggagalkan rencana untuk mengadakan pembicaraan di Moscow.
Palestina, menurut Al-Maliki ingin berunding dengan Israel di bawah pemantauan Rusia.
"Palestina bersedia berunding dengan Israel melalui konferensi video dan di bawah pemantauan Rusia. Pihak Palestina akan mencermati ide itu jika Rusia merasa hal itu layak," kata Al-Maliki.
Ofer Zalzberg, analis senior di International Crisis Group mengatakan Moscow telah terlibat secara terpisah dengan Gedung Putih maupun Ramallah mengenai penghentian atau penundaan rencana aneksasi kontroversi Israel di mana Netanyahu telah mengeluarkan ancaman untuk menerapkannya pada 1 Juli mendatang.
Berbagai upaya juga dilakukan agar menteri pertahanan Israel dan menteri luar negeri Israel bertemu dengan pemimpin negara-negara Arab termasuk Raja Abdullah dari Yordania. Pertemuan itu untuk membujuk Israel agar tidak mencaplok Tepi Barat, wilayah Palestina karena membahayakan perdamaian di wilayah itu.