TEMPO.CO, New York – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, berbicara lewat sambungan telepon pada Jumat pekan lalu.
Lewat unggahan di Facebook, Zuckerberg menjelaskan alasan mengapa manajemen tidak bertindak terhadap unggahan di Facebook dan Instagram terkait kerusuhan pada demonstrasi memprotes tewasnya George Floyd di Minneapolis.
Lewat cuitan di Twitter, Trump sempat mengatakan penjarahan di sejumlah toko dan pusat perbelanjaan akan memicu terjadinya penembakan oleh petugas.
“Saya mengalami kesulitan untuk menanggapi cuitan dan unggahan Presiden sepanjang hari,” kata Zuckerberg seperti dilansir CNN pada Ahad, 31 Mei 2020.
Menurut Zuckerberg, dia memiliki kecenderungan untuk bereaksi secara negatif terhadap retorika yang memecah belah dan memancing emosi publik.
“Tapi, saya bertanggung jawab untuk bereaksi tidak hanya dalam kapasitas pribadi saya tapi juga sebagai pemimpin dari sebuah insitusi yang berkomitmen pada kebebasan berekspresi,” kata Zuckerberg.
Dia mengatakan Facebook tidak memiliki kebijakan untuk memberikan peringatan terhadap unggahan yang dinilai memancing tindak kekerasan.
“Karena kami percaya, jika sebuah unggahan memancing tindak kekerasan, maka itu harus dihapus meskipun memiliki nilai berita,” kata Zuckerberg.
Kerusuhan menjalar di berbagai kota di Amerika Serikat selama tiga hari terakhir.
Ini merupakan bentuk protes atas tewasnya seorang warga kulit hitam bernama George Floyd.
Rekaman video amatir yang viral menunjukkan Floyd sempat ditahan seorang polisi kulit putih, yang menekan leher belakang pria itu dengan dengkul.
Tindakan polisi kulit putih terhadap George Floyd ini dinilai bernuansa rasis dan memicu kemarahan masyarakat untuk berdemonstrasi baik di Minneapolis hingga Washington.