TEMPO.CO, Jakarta - Kemarahan atas kematian pria kulit hitam, George Floyd, di tangan polisi kulit putih, bukan hanya terjadi di Amerika Serikat tetapi juga menyebar ke Eropa.
Massa berkumpul di Trafalgar Square, London pusat, untuk memprotes rasisme dan kebrutalan polisi, meskipun ada aturan jarak sosial untuk membatasi penyebaran virus corona. Di bawah aturan jarak sosial, orang-orang di Inggris dilarang bertemu dengan lebih dari satu orang di luar rumah mereka pada suatu waktu hingga 1 Juni.
Beberapa demonstran juga berbaris ke Kedutaan Besar AS di daerah Nine Elms di ibu kota Inggris, dilaporkan CNN, 1 Juni 2020.
Kepolisian Metropolitan London menulis di Twitter bahwa ia mengetahui adanya pengunjuk rasa berkumpul di sana.
"Petugas berada di tempat kejadian dan mengawasi mereka yang hadir. Rencana pengendalian yang tepat sudah ada," kata twit tersebut.
Demonstran mengangkat poster slogan berbaris ke kedutaan AS di London, Inggris, pada 30 Mei 2020, untuk memprotes kematian George Floyd.[John Sibley / Reuters]
Demonstran yang mengenakan masker wajah juga berdemonstrasi di ibu kota Jerman, Berlin, membawa poster bertuliskan "Keadilan tidak bisa menunggu" dan "Black Lives Matter."
Sementara demonstran di Denmark meneriakkan "Tidak ada keadilan, tidak ada kedamaian" saat mereka berbaris di jalan-jalan Kopenhagen.
Beberapa orang berunjuk rasa di luar kedutaan AS membawa plakat yang menuntut keadilan bagi George Floyd dan menunjukkan solidaritas dengan pengunjuk rasa AS.
Di negara tetangga Kanada, ribuan orang di Toronto berdemonstrasi damai melawan rasisme sebagai protes atas kematian seorang perempuan kulit hitam yang jatuh dari balkon apartemennya di Toronto pada hari Rabu ketika polisi datang ke rumahnya.
Reuters melaporkan kerusuhan sipil kembali pecah dan jam malam diberlakukan di beberapa kota besar AS pada hari Sabtu ketika para demonstran turun ke jalan untuk melampiaskan kemarahan atas kematian George Floyd.
George Floyd and Derek Chauvin.[New York Post]
Dari Los Angeles ke Miami sampai Chicago, protes yang ditandai dengan teriakan slogan "Aku tidak bisa bernapas", kalimat terakhir George Floyd saat sekarat dicekik lutut polisi kulit putih bernama Derek Chauvin, dimulai dengan damai sebelum para demonstran memblokir lalu lintas, membakar gedung, dan bentrok dengan polisi antihuru-hara.
Pemandangan para pengunjuk rasa membanjiri jalan-jalan memicu rasa krisis di Amerika Serikat setelah minggu-minggu terkurung akibat pandemi virus corona, yang telah menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan, dan secara tidak proporsional memengaruhi kelompok minoritas AS.
Dikutip dari Reuters, Presiden Donald Trump mengatakan pada hari Sabtu bahwa jika pengunjuk rasa yang berkumpul malam sebelumnya di Lafayette Square, di seberang Gedung Putih, telah melewati pagar, "mereka akan disambut dengan anjing-anjing yang paling ganas, dan senjata yang paling mengerikan, yang pernah saya lihat."
Garda Nasional Minnesota National Guard diaktifkan untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II setelah empat malam pembakaran, penjarahan dan perusakan di beberapa bagian Minneapolis, kota terbesar di negara bagian itu, dan ibu kotanya yang berdekatan, St. Paul, lokasi di mana George Floyd tewas.