TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump mengancam akan menembak para pengunjuk rasa di Minneapolis yang memprotes kematian pria kulit hitam bernama George Floyd.
Trump menyebut para pendemo, yang telah berunjuk rasa tiga malam berturut-turut, sebagai berandal.
"Berandal-berandal ini tidak menghormati kenangan akan George Floyd, dan saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Baru saja berbicara dengan Gubernur Tim Walz dan mengatakan kepadanya bahwa Militer mendukungnya setiap saat. Setiap kesulitan dan kita akan mengambil kendali tetapi, ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai. Terima kasih!" dikutip dari CNN, 29 Mei 2020.
Para pengunjuk rasa di Minneapolis menyerukan agar tuntutan pidana diajukan terhadap empat petugas polisi yang terlibat dalam penangkapan George Floyd yang berusia 46 tahun pada Senin malam. Floyd meninggal dalam tahanan setelah mengatakan kepada petugas "Saya tidak bisa bernafas", dengan video kejadian yang memperlihatkan seorang polisi menekan kepala Floyd dengan lututnya. Keempat petugas telah diberhentikan dari jabatannya.
Seorang wanita berada di dalam sebuah toko yang dijarah dan dibakar oleh para demonstran saat menggelar aksi protes atas tewasnya seorang pria berkulit hitam George Floyd, yang diinjak lehernya oleh polisi berkulit putih di Minneapolis, Minnesota, AS, 28 Mei 2020. REUTERS/Carlos Barria
Sebelumnya pada Kamis malam, para pendemo membakar satu kantor polisi setelah ditinggalkan oleh pasukan yang mundur, sementara bentrokan hebat juga telah menyebar ke kota St Paul.
Dikutip dari The Independent, seorang juru bicara kepolisian mengkonfirmasi bahwa para petugas telah sepenuhnya mengevakuasi kantor polisi Precinct ke-3, yang menjadi fokus dari banyak protes setelah pukul 22:00.
Trump menyalahkan bentrokan karena kurangnya kepemimpinan di kota itu dan mengkritik wali kota Jacob Frey.
Frey telah bergabung dengan para pengunjuk rasa dalam menyerukan penyelidikan kriminal atas kematian Floyd, meski tetap meminta massa tenang. Dia juga meminta Garda Nasional agar dikerahkan pada hari Kamis.
Sebagai tanggapan, Gubernur Walz mengaktifkan pasukan negara dan menyatakan situasi sebagai "darurat masa damai".
Dia mengatakan penjarahan dan pengrusakan menyebabkan kerusakan pada banyak bisnis, termasuk yang dimiliki oleh minoritas dan mendesak protes agar tetap damai.
"Kematian George Floyd harus mengarah pada keadilan dan perubahan sistemik, bukan lebih banyak kematian dan kehancuran," kata Walz.