TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Kamis, 28 Mei 2020, mengumumkan akan melonggarkan lockdown pada pekan depan untuk wilayah Inggris. Keputusan itu diambil di tengah perselisihan apakah Inggris memang harus merelaksasi lockdown yang diberlakukan untuk menghentikan pemutusan penularan virus corona.
Sedangkan untuk wilayah Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara diserahkan pada kebijakan kesahatan masing-masing.
Menurut Perdana Menteri Johnson, mulai Senin, 1 Juni 2020, sekolah-sekolah akan secara bertahap dibuka lagi. Masyarakat boleh kumpul-kumpul asal tidak lebih dari enam orang.
“Beberapa perubahan ini artinya teman dan anggota keluarga lain sudah bisa saling bertatap muka secara langsung, mungkin saling mengunjungi kedua orang tua atau kakek-nenek sesekali. Anda bisa bertemu anggota keluarga di kebun, melakukan barbeque namun tetap jaga jarak aman, tetap mencuci tangan dan mengajak semua orang berfikir dengan akal sehat,” kata Johnson, seperti dikutip dari reuters.com.
Operator kereta api di Inggris memberi tanda jaga jarak dua meter di lantai bagi para calon penumpang terkait pencegahan penyebaran virus Corona. Reuters
Johnson menekankan perubahan yang dilakukan pihaknya setahap demi setahap karena para ahli Kesehatan memperingatkan situasi saat ini masih seimbang, di mana jumlah kasus virus corona turun tetapi tidak cepat.
Pengumuman lockdown bakal dilonggarkan disampaikan Johnson beberapa jam setelah semakin banyak anggota parlemen Inggris dari Partai Konservatif menyerukan agar ajudan Johnson, Dominic Cummings, mengundurkan diri. Cummings ketahuan menyetir mobil sejauh 400 km bersama keluarganya padahal Inggris sedang berstatus lockdown.
Johnson di dalam negerinya juga saat ini sedang dihujani kritik terkait caranya menangani pandemik virus corona yang telah membuat Inggris menjadi negara di urutan kedua di dunia dengan angka kematian terbanyak akibat virus corona.