TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Federal Brazil pada Rabu, 27 Mei 2020, menggeledah rumah-rumah dan kantor sekutu Presiden Brazil Jair Bolsonaro. Penggeledahan itu terkait investigasi penelusuran dugaan berita bohong yang beredar di media sosial yang menyerang Mahkamah Agung Brazil. Pernyataan yang dikeluarkan Kepolisian Brazil menyebut penggeledahan dilakukan di enam kota yang juga sudah disetujui Mahkamah Agung.
Dikutip dari reuters.com, kritik terhadap Pengadilan Tinggi Brazil di media sosial pada tahun lalu telah membuat Kepala Pengadilan Jose Antonio Dias Toffoli memberikan otorisasi pembuktian atas berita yang beredar itu, termasuk beberapa ancaman terhadap Mahkamah Agung.
Presiden Brazil Jair Bolsonaro ketika bertemu para pendukung saat meninggalkan Istana Alvorada, di tengah wabah penyakit virus Corona (COVID-19), di Brasilia, Brasil, 3 April 2020. [REUTERS / Adriano Machado]
Para pendukung Presiden Bolsonaro menggelar unjuk rasa di luar Gedung Mahkamah Agung menyerukan agar pengadilan di tutup saja. Ketua kubu sayap kanan Brazil mengkritik bawah Presiden Bolsonaro telah mendorong agar terjadi unjuk rasa, di mana hal ini bisa mengancam pemisahan kekuasaan konstitusional.
Sedangkan Kepolisian Brazil tidak mau menyebut target yang mereka geledah. Akan tetapi, dua sumber yang tahu kasus ini menyebut polisi juga menggeledah anggota parlemen dari wilayah Sao Paulo, Douglas Garcia. Ikut digeledah juga mantan anggota parlemen Roberto Jefferson dan pengusaha Luciano Hang.
Garcia, 26 tahun, adalah pendukung Presiden Bolsonaro, yang mengkonfirmasi dalam sebuah rekaman video dan diunggah ke Twitter bahwa Kepolisian Brazil sudah mendatangi kantornya. Dia pun sudah diselidiki atas tuduhan mengkritik Mahkamah Agung.
“Saya ini anggota parlemen. Saya dipilih masyarakat untuk bersuara, ini hak konstitusi saya. Saya adalah seorang warga negara bagaimana pun itu,” kata Garcia.
Adapun Hang mengatakan ponsel dan laptopnya sudah disita oleh kepolsiian ketika mereka menggeledah rumah dan kantornya. Melalui unggahan di Facebook, Hang mengatakan dia tidak pernah menyerang atau menyebarkan berita bohong terhadap Mahkamah Agung Brazil.