TEMPO.CO, Jakarta - Suasana Idul Fitri tahun ini dirasakan berbeda oleh buruh migran Indonesia atau BMI di Hong Kong.
Mereka dihadapkan pada peraturan ketat pemerintah Hong Kong untuk mencegah penularan virus corona, dan di sisi lain unjuk rasa warga Hong Kong atas ketidakpuasan pada pemerintah Cina belum reda.
Biasanya, seperti dituturkan Ida Royani, buruh migran Indonesia di Hong Kong, suasana pelaksanaan salat Idul Fitri pada pagi hari saat 1 Syawal terlihat penuh sesak di lapangan-lapangan, taman-taman, juga di bawah jembatan.
Namun pada lebaran kali ini pelaksanaan salat Idul Fitri di tempat-tempat tersebut ditiadakan.
Sebelumnya KJRI Hong Kong telah mengimbau agar masyarakat Indonesia di Hong Kong menggelar salat Idul Fitri secara mandiri sesuai peraturan pemerintah Hong Kong bahwa tidak diperbolehkan berkumpul lebih dari 8 orang.
Masyarakat muslim di Hong Kong merayakan hari raya Idul Fitri 1441 H, 24 Mei 2020. Istimewa
"Kenyataannya, masjid-masjid di Hong Kong tetap menggelar salat Idul Fitri dengan prosedur peraturan dan tata tertib ketat seperti yang telah disampaikan oleh The Incorporated Trustees of the Islamic Community Fund of Hong Kong," kata Ida.
Peraturan tersebut antara lain pelaksanaan salat Idul Fitri di masjid Amar- Wan Chai hingga tiga sesi yakni pukul 7.30, 9.00, dan 10.00 hanya untuk jamaah laki-laki.
Bagi yang salat Idul Fitri di masjid Kowloon – Tsim Sha Tsui untuk jamaah perempuan tidak boleh lebih dari 50 orang dengan jarak 1 meter setiap sesi.
Di masjid Kowloon – Tsim Sha Tsui, salat Idul Fitri dilaksanakan hingga empat sesi, yakni pada pukul 7.00, 8.00, 9.00, dan 10.00.
Masyarakat Indonesia usai melaksanakan salat Idul Fitri biasanya tumpah ruah di Victoria Park – Causeway Bay untuk halal bihalal silaturahmi. Namun pada hari pertama Idul Fitri suasana terlihat sepi.
Argy, Buruh Migran Indonesia asal Bojonegoro mengaku pada tahun ini adalah Lebaran ke 18 di Hong Kong.
“Lebaran kali ini tentu saja istimewa bagi saya. Karena bukan saja tidak bisa salat di lapangan seperti Lebaran sebelumnya, namun suasana Lebaran dalam situasi ancaman pandemi covid-19 juga adanya aksi demo sejumlah warga Hong Kong,” ujarnya.
"Sejak pagi saya di Victoria Park, lanjutnya, kira-kira pukul 2 siang gitu para pendemo sudah merangsek ke Victoria Park dan teman-teman BMI ketakutan. Sebagian dari mereka menghindar mencari tempat yang lebih aman,” tambahnya.
Bahkan, kata Argy, teman-teman yang berhalal bihalal di sekitar jembatan Wan Chai yang dekat dengan Time Square juga terkena semprot gas air mata polisi yang sedang mengejar para pendemo.
“Itu tadi makanan halal bihalal ada sebagian yang kena gas air mata,” imbuhnya.
Argy berharap situasi Hong Kong kembali aman dan nyaman.
“Saya berharap sekali Hong Kong kembali aman dan nyaman seperti dulu. Saya sih selalu mendoakan apa yang terbaik buat Hong Kong," ujarnya.
Argy kemudian menyarankan kepada rekannya buruh migran Indonesia yang merayakan Idul Fitri agar menjauhi lokasi demo, mengikuti imbauan KJRI, dan mematuhi peraturan pemerintah Hong Kong untuk tidak berkumpul lebih dari 8 orang.
"Sayang uang 2000 dollar Hong Kong kalau untuk bayar denda," pungkasnya.