Seorang saksi mata mengatakan, tentara yang berada di atas sebuah tank, menembak Dana -yang kerap dipanggil Abu Gharib-, saat mengabadikan gambar penjara yang terletak di sebelah Barat Bagdad itu. Mazen sendiri mengambil gambar itu berkaitan dengan peristiwa serangan mortir atas penjara, yang menewaskan beberapa orang tahanan, yang terjadi sehari sebelumnya .
Gambar Mazen terakhir menunjukkan bahwa tank AS yang berjalan deras ke arah dirinya. Dalam hitungan detik, suara senapan menyalak keras beberapa kali, menandai beberapa peluru lepas telah bersarang di tubuh Mazen. Kemudian kamera Mazen jatuh ke tanah, bersamaan dengan hilangnya nyawa Mazen ke langit.
Militer AS membenarkan hal itu pada hari yang sama. Mereka mengatakan bahwa prajurit yang melakukan tindakan tersebut mengira bahwa kamera yang digunakan oleh Mazen adalah sebuah roket peluncur granat (RPG).
"Prajurit kami mengira bahwa orang itu sedang membidik mereka dengan sebuah RPG. Namun, ternyata dia adalah seorang kameraman Reuter," kata Juru Bicara Gabungan Kepala Staf Kapten Frank Thorp kepada Reuter Washington.
Padahal, sebelumnya, beberapa wartawan juga telah melakukan liputan di penjara tersebut karena sehari sebelumnya terjadi penyerangan. Penjara itu diserang dengan mortir sehingga menyebabkan enam tahanan terbunuh dan 59 tawanan lainnya mengalami luka-luka.
Teknisi suara Reuter yang bekerja bersama Mazen, Nael al-Syoukhi menceritakan kembali bahwa Dana telah meminta izin kepada seorang tentara AS di dekat penjara agar mereka dapat berbicara kepada pejabat penjara. Sayangnya, permintaan mereka ditolak. Namun, tentara itu mengabulkan permintaan mereka untuk mengambil gambar. "Mereka melihat kami, dan mereka mengetahui identitas serta tujuan kami," tegas Syoukhi. Peristiwa itu sendiri terjadi pada sore hari, di bawah cahaya matahari yang terang.
Setelah Mazen selesai mengambil gambar, Mazen dan asistennya menuju ke dalam mobil dan bersiap untuk pergi. Di saat yang sama, iring-iringan yang didahului oleh sebuah tank tiba. "Mazen kembali keluar dari mobil sejauh sekitar empat meter. Keberadaan kami dapat diketahui dengan jelas," ujar Syoukhi. Kemudian, kata Syoukhi, salah seorang tentara di atas tank menembak ke arah mereka. Syoukhi tiarap. "Saya mendengar Mazen berteriak dan membekap dadanya," terang Syoukhi.
"Saya menangis dan berkata kepada tentara itu bahwa ia telah membunuh seorang jurnalis, namun mereka justru menghardik dan berteriak kepada saya untuk tetap berada di tempat," kata Syoukhi. Syoukhi minta agar tentara menolong Mazen. Namun Mazen mengalami pendarahan berat. "Mazen menghembuskan nafas yang terakhir dan meninggal di hadapan saya," kenangnya.
Kematian Dana menambah daftar jurnalis dan asisten yang gugur di Irak sejak awal serangan AS ke Irak pada 20 Maret lalu. Saat ini, daftar korban bertambah menjadi 17 orang. Selain itu dua orang jurnalis lainnya hilang sejak hari pertama perang. Dana sendiri adalah kameraman Reuter kedua yang tewas di Irak.
"Mazen adalah salah satu kameraman terbaik Reuter, dan kami sangat terpukul dengan kepergiannya," kata pejabat Reuter. "Dia seorang kameraman yang berani dan telah banyak mendapatkan penghargaan karena bertugas di banyak peristiwa di seluruh dunia," tambahnya.
Dana adalah kameraman asal Palestina yang bekerja untuk Reuter di kota West Bank, Hebron. Ia dikenal dan dicintai oleh rekan-rekan jurnalis lainnya di sana. Ia meninggalkan seorang istri dan empat anak yang masih kecil. ia telah memenangkan penghargaan International Press Freedom Award pada tahun 2001yang dianugerahkan oleh Komite Proteksi terhadap Jurnalis atas dedikasinya melakukan liputan di Hebron, di mana dia banyak mengalami kekerasan dan mendapatkan luka-luka.
(Reuter/ Indra darmawan)