TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump tengah menimbang untuk mengaktifkan kembali program uji coba senjata nuklir Amerika. Dikutip dari kantor berita Reuters, pembahasan soal uji coba nuklir tersebut sudah berlangsung sejak pekan lalu. Pemicunya, dugaan Rusia dan Cina sudah memulai uji coba senjata nuklir berdaya kecil.
"Pertemuan (terakhir) belum berujung pada kesepakatan untuk memulai uji coba senjata nuklir, " sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 23 Mei 2020.
Apabila uji coba tersebut dilakukan, maka hal itu akan menjadi yang pertama bagi Amerika dalam 28 tahun terakhir. Terakhir kali Amerika melakukan uji coba senjata nuklir, hal itu terjadi pada September 1992.
Belum disepakatinya uji coba senjata nuklir oleh Pemerintahan Trump dikarenakan belum adanya bukti cukup soal uji coba nuklir berdaya kecil oleh Rusia dan Cina. Di satu sisi, Rusia dan Cina sudah membantah dugaan tersebut. Dengan kata lain, Rusia dan Cina menjadi faktor penting bagi Trump untuk memutuskan apakah akan melakukan uji coba nuklir atau tidak.
Salah seorang pejabat senior, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa Amerika menimbang banyak hal terkait uji coba senjata nuklir. Rusia dan Cina, kata ia, selalu menjadi bagian dari pertimbangan yang dibahas.
Sebagai contoh, kata pejabat tersebut, Amerika menimbang kemungkinan uji coba senjata nuklir menjadi jalan untuk menaikkan daya tawar Amerika di perjanjian trilateral dengan Rusia dan Cina. Beberapa waktu terakhir, Amerika diketahui tengah mengupayakan regulasi program senjata nuklir yang melibatkan baik Cina dan Rusia.
"Pembahasan belum berujung pada kesepakatan, namun diskusi (senjata nuklir) masih akan berlanjut," ujar pejabat senior tersebut. Dewan Keamanan Nasional (NSC) enggan berkomentar soal diskusi uji coba nuklir.
Direktur Asosiasi Pengendalian Senjata (ACA) Daryl Kimball menganggap Amerika melakukan langkah berbahaya dengan menimbang uji coba nuklir kembali. Menurutnya, hal itu akan memicu negara-negara lain untuk kembali mengkaji program nuklir mereka.
"Hal itu bisa memicu perlombaan pengembangan senjata nuklir, tak terkecuali mengganggu negosiasi nuklir dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un," ujar Kimball. Beberapa waktu terakhir, Donald Trump mencoba membujuk Korea Utara untuk melakukan moratorium senjata nuklir. Namun, hingga sekarang, belum ada hasilnya.
Di momen terpisah, Amerika telah menyelesaikan uji coba senjata laser berdaya tinggi mereka yang diklaim akan mengubah pertempuran di lautan.
ISTMAN MP | REUTERS | WASHINGTON POST