TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Boris Johnson menjanjikan Inggris akan memiliki sistem pemantauan dan pelacakan virus Corona kelas wahid pada bulan Juni nanti. Hal itu, kata Johnson, untuk mempermudah pemetaan situasi pandemi di Inggris agar pemerintah bisa segera menentukan kapan lockdown bisa mulai dilonggarkan.
Johnson berkata, dirinya sudah merekrut 25 ribu pelacak untuk mendukung sistem pelacakan tersebut. Ia mengklaim para pelacak tersebut mampu mengidentifikasi 10 ribu kasus baru dan mendukung 200 ribu tes virus Corona per hari.
"Kami sangat percaya bahwa kami akan memiliki sistem pelacakan, pemantauan, dan pengujian kelas dunia. Dan, bisa saya katakan, hal itu akan siap 1 Juni nanti," ujar Johnson sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 20 Mei 2020.
Sebelumnya, di awal bulan Mei, Johnson sudah mengungkapkan peta jalan pelonggaran lockdown yang ia jadikan acuan untuk beberapa pekan ke depan. Di dalamnya tercantum banyak hal mulai dari mekanisme pelacakan, aturan yang harus dipatuhi warga, serta tahapan pelonggaran lockdown virus Corona. Target Johnson, per 1 Juni, pertokoan dan sekolah sudah bisa beroperasi kembali.
Program pelacakan dan pemantauan dijadikan kunci oleh Boris Johnson untuk melonggarkan lockdown di Inggris. Ia tidak ingin gegabah melakukan pelonggaran ketika gelombang kedua pandemi Corona menjadi ancamannya. Di satu sisi, ia harus memastikan roda perekonomian Inggris kembali berjalan sesegera mungkin atau akan makin terpuruk.
Departemen Kesehatan Inggris, dalam keterangan persnya, membenarkan bahwa pengembangan program pelacakan dan pemantauan virus Corona tengah berjalan. "Program itu akan meningkatkan kemampuan kami dalam melacak penyebaran virus Corona dan menghentikannya."
Per berita ini ditulis, Inggris tercatat memiliki 248.818 kasus dan 35.341 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19).
ISTMAN MP | REUTERS