TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika, Donald Trump, dinilai gegabah telah menyampaikan kepada masyarakat bahwa dirinya mengkonsumsi obat malaria, hydroxychloroquine, untuk mengobati gejala Corona (COVID-19). Sejumlah pihak, dari oposisi hingga pakar medis, khawatir apa yang dilakukan Trump tidak hanya akan membahayakan warga, namun juga dirinya sendiri.
Salah satu yang menganggap Trump gegabah adalah Ketua Parlemen Nancy Pelosi. Menurut Pelosi, Trump seharusnya memberikan contoh baik dengan tidak mengkonsumsi hydroxychloroquine yang tidak dianjurkan oleh ahli. Dengan begitu, publik tidak terdorong untuk menirunya.
"Dia adalah presiden kita. Saya tidak akan menyarankan dia untuk mengkonsumsi sesuatu yang sudah dilarang oleh ahli medis, terutama untuk golongan usianya dan kelompok berat badannya yang tergolong berlebih (kegemukan)," ujar Pelosi sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 19 Mei 2020.
Diberitakan sebelumnya, Trump mengaku telah mengkonsumsi hydroxychloroquine selama satu setengah pekan terakhir. Kepada media, Trump mengklaim mengkonsumsinya karena diperbolehkan dokter Gedung Putih dan manfaatnya lebih banyak dibanding potensi resikonya.
Apa yang dilakukan Trump bertentangan dengan anjuran Badan Administrasi Obat-obatan dan Makanan Amerika (FDA). Oleh FDA, hydorxychloroquine tidak dianjurkan karena beberapa alasan. Selain karena tidak efektif mengobati virus Corona, obat itu berpotensi menimbulkan gagal jantung.
Selain Pelosi, figur yang mengkritik Trump adalah Senator Demokrat, Chuck Schumer. Ia mengatakan, apa yang dilakukan Trump memberikan harapan palsu kepada publik. Sebab, hydroxychloroquine sudah terbukti tidak bisa menyembuhkan Corona.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Pengobatan dari St. Jospeh University Hospital, Bob Lahita. Lahita menyarankan warga Amerika untuk tidak meniru langkah Trump. Sebab, dirinya sudah mencoba obat tersebut kepada sejumlah pasien virus Corona dan tak ada hasilnya.
Hingga berita ini ditulis, obat yang diyakini bisa menyembuhkan Corona (COVID-19) hanyalah Remdesivir buatan Gilead. Gilead tengah memproduksi stok baru Remdesivir untuk negara bagian terdampak virus Corona di Amerika.
Sementara itu, untuk vaksin, laporan Reuters menyampaikan bahwa perusahaan farmasi Moderna telah berhasil menciptakan antibodi protektif. Hal itu didapat saat perusahaan yang berbasis di Massachusetts tersebut melakukan uji sample vaksin terhadap sejumlah sukarelawan.
ISTMAN MP | REUTERS