TEMPO.CO, London – Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan dia mengakui publik merasa frustrasi dengan kebijakan pemerintah terkait melonggarkan pembatasan selama lockdown dalam penanganan wabah virus Corona atau Covid-19.
“Kita berusaha melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya yaitu mengeluarkan negara dari kondisi lockdown penuh dengan cara yang aman dan tidak berisiko mengorbankan hasil kerja keras kita,” kata Johnson kepada Mail Sunday seperti dikutip Reuters pada Ahad, 17 Mei 2020.
Boris Johnson mengatakan pemerintah meminta masyarakat mengikuti aturan baru selama masa pelonggaran ini yang lebih kompleks dari kondisi sebelumnya.
“Saya menyadari apa yang kami minta saat ini lebih kompleks daripada tinggal di rumah saja. Tapi ini masalah yang kompleks dan kita perlu percaya pada akal sehat rakyat Inggris,” kata Boris Johnson.
Sebanyak 34.466 orang telah meninggal akibat infeksi virus Corona di Inggris.
Situs Johns Hopkins University melansir Inggris menempati urutan ketiga terbesar dunia atau pertama di Eropa untuk jumlah korban terinfeksi virus Corona yaitu sekitar 241 ribu orang.
Urutan pertama di dunia ditempati Amerika Serikat dan diikuti Rusia.
Kebijakan larangan kegiatan sosial dan ekonomi di Inggris berdampak pada turunnya pertumbuhan perekonomian.
Pada Rabu kemarin, Inggris memulai pelonggaran atas aturan pembatasan terkait virus Corona.
Orang-orang yang tidak bisa bekerja dari rumah agar kembali ke tempat kerjanya.
Namun, pejabat pemerintah meminta mereka untuk menghindari penggunaan transportasi publik sebisa mungkin.
Operator transportasi diminta untuk membatasi jumlah penumpang agar tidak berdekatan satu sama lain sehingga berpotensi tertular virus Corona.
“Saya paham rakyat akan merasa frustrasi dengan sejumlah aturan baru yang dibuat pemerintah,” kata Boris Johnson.
Namun, pelonggaran ini tidak berlaku di Skotlandia, Wales, atau Irlandia Utara, yang status semi-otonom pemerintahnya belum melonggarkan lockdown.
Data pada pekan lalu menunjukkan perekonomian turun 5.8 persen pada Maret.
Bank sentral Bank of England mengatakan ekonomi bisa mengalami kontraksi hingga 25 persen pada periode April – Juni.
Pemerintah Inggris berusaha mengaktifkan kembali ekonomi tanpa memicu terjadinya gelombang kedua infeksi virus Corona.
Menteri Kantor Kabinet, Michael Gove, mengatakan pemerintah sedang merekrut sekitar 18 ribu petugas pelacak kontak.
Petugas ini bertugas mengidentifikasikan kontak dari orang-orang yang positif terinfeksi virus Corona. Saat ini, pemerintah telah merekrut sekitar 17.200 orang.
Tabloid Sun melaporkan Johnson mengatakan kepada Partai Konservatif bahwa dia ingin publik kembali ke situasi mendekati normal pada Juli.
Namun, ini tergantung pada sikap publik apakah mengikuti aturan saat pelonggaran lockdown virus Corona, yang dibuat pemerintah.