TEMPO.CO, Berlin – Sebuah kafe di Jerman merayakan pelonggaran aktivitas terkait wabah virus Corona atau Covid-19 dengan meminta pelanggan memakai topi khusus.
Pemilik kafe mensyaratkan semua pelanggan agar mengenakan topi yang dipasangi sedotan raksasa berwarna warni sepanjang sekitar satu setengah meter agar pelanggan saling menjaga jarak atau social distancing.
“Kafe Rothe ini terletak di Kota Schwerin, yang berada di negara bagian Mecklenburg-Western Pomerania daerah asal Kanselir Angela Merkel,” begitu dilansir CNN pada Jumat, 16 Mei 2020.
Saat orang-orang menikmati berbincang dengan teman dan cuaca yang cerah, kafe ini menampilkan moto:’Jaga jarak sosial’.
Kafe ini memilih cara unik ini dan bukannya cara lain yang digunakan kafe lain seperti penanda jarak di lantai atau dinding transparan.
Baca Juga:
Pemilik kafe, Jaqueline Rothe, mengunggah foto para pelanggan yang duduk sambil mengenakan topi dengan sedotan berukuran raksasa itu di akun Faceboknya.
“Hari ini seperti ini, alat pengukur jarak,” kata dia pada keterangan foto.
Menurut Rothe, 52 tahun, sejumlah pelanggan terlihat ceria masuk ke kafe untuk menikmati kopi, bir dan sinar matahari.
“Ini adalah cara sempurna agar para pelanggan saling menjaga jarak dan cukup menyenangkan,” kata Rothe.
“Ini cara yang lucu dan pelanggan senang melakukannya. Namun, ini juga menunjukkan sulitnya menjaga jarak 1.5 meter,” kata Rothe, yang mengaku terkejut dengan perhatian media dan publik dari berbagai dunia.
Kafe ini menyediakan 36 meja di dalam ruangan dan 12 meja di luar. Sebelum wabah Corona terjadi, jarak antara meja hanya 80 centimeter.
Saat lockdown terjadi, kafe ini tetap buka tapi tidak melayani pealnggan di dalam. Sekarang kapasitas yang terisi kurang dari setengah dibandingkan saat normal.
“Kita akan lihat apa yang akan terjadi saat Jerman semakin relaksasi aturan jarak sosial saat turis datang dan orang-orang melakukan perjalanan,” kata Rothe.
Situs Johns Hopkins University melansir ada 175 ribu kasus infeksi virus Corona atau Covid-19 di Jerman. Sebanyak 152 ribu orang berhasil sembuh dengan sekitar 8 ribu orang meninggal dunia.