TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Brasil yang baru diangkat bulan lalu mengundurkan diri pada Jumat setelah Presiden Brasil Jair Bolsonaro menginginkan obat anti-malaria yang belum terbukti ilmiah sebagai obat virus corona.
Nelson Teich mengundurkan diri dalam sebuah konferensi pers pada hari Jumat dan menjadi orang kedua yang meninggalkan posisi tersebut dalam waktu kurang dari sebulan di tengah pandemi virus corona.
Teich berterima kasih kepada Presiden Jair Bolsonaro karena menawarkannya kesempatan untuk bekerja sebagai menteri dan mengatakan dia telah memberikan yang terbaik tetapi tidak memberikan alasan mengapa dia memilih untuk mengundurkan diri, dikutip dari Reuters, 16 Mei 2020.
Setelah pengunduran diri Nelson, Warga Brasil di kota-kota besar memukul panci dari jendela dan para ahli kesehatan bereaksi dengan marah atas pengunduran diri Nelson Teich.
Bolsonaro telah menuntut Teich pada Kamis agar mengeluarkan pedoman federal untuk penggunaan awal hydroxychloroquine untuk mengobati pasien virus corona, meskipun efektivitasnya tidak terbukti dan ada kekhawatiran bahwa itu dapat menyebabkan masalah jantung.
"Saya terpilih untuk membuat keputusan. Dan keputusan tentang chloroquine melewati saya," kata Bolsonaro kepada para pemimpin bisnis dalam sebuah konferensi video pada hari Kamis, menambahkan pemerintah negara bagian harus mengakhiri aturan jarak sosial.
"Seperti seorang komandan dalam pertempuran: dia harus memutuskan. Apakah orang akan mati? Sayangnya, orang-orang akan mati," kata Bolsonaro.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengikuti aksi unjuk rasa untuk menolak aturan social distancing di tengah pandemi virus Corona, di Brasilia, Brasil, 19 April 2020. Aksi tersebut diikuti ratusan orang yang memprotes aturan social distancing. REUTERS/Ueslei Marcelino
Teich tidak memberikan alasan untuk mundur, namun tampaknya dia menyerah dengan dorongan Bolsonaro untuk membuka kembali perekonomian. Teich mengaku terkejut pada konferensi pers pada hari Senin ketika dia mengetahui presiden mengeluarkan dekrit yang memperbolehkan gimnasium, tempat perawatan kecantikan, dan penata rambut dibuka.
Anggota militer kabinet Brasil mendesak wakil menteri kesehatan Eduardo Pazuello, seorang jenderal angkatan darat yang aktif, untuk mengambil alih sementara jabatan menteri kesehatan, kata sumber pemerintah kepada Reuters.
Kantor pers kepresidenan tidak menanggapi permintaan komentar.
Teich berhenti sehari setelah Brasil melaporkan sejumlah kasus baru virus corona. Krisis kesehatan membanjiri rumah sakit umum di beberapa kota dan pemakaman mulai menguburkan kuburan massal untuk memakamkan korban secara kolektif.
Teich menggantikan Luiz Henrique Mandetta, yang dipecat pada 16 April karena menolak tekanan Bolsonaro untuk mengizinkan obat hydroxychloroquine sebagai obat Covid-19 dan melawan perintah isolasi pemerintah negara bagian.
"Mari kita berdoa," kata mantan menteri Mandetta di Twitter setelah pengunduran diri Teich, menyerukan kepercayaan dalam sains dan dukungan untuk sistem kesehatan masyarakat Brasil.
Oposisi dan bahkan politisi sekutu Bolsonaro mengkritik keputusan keras kepala Bolsonaro pada hari Jumat. Anggota parlemen Marcelo Ramos dari Partai Liberal yang berhaluan tengah mengatakan bahwa presiden hanya akan menerima seorang menteri tanpa memperhatikan kebijakan kesehatan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan.
Pemimpin oposisi Kongres Alessandro Molon memperingatkan bahwa Brasil sedang menuju bencana kesehatan masyarakat dan mengatakan presiden harus dimakzulkan.
"Bolsonaro tidak menginginkan menteri teknis, ia menginginkan seseorang yang setuju dengan kegilaan ideologisnya, seperti mengakhiri jarak sosial dan menggunakan kloroquin," kata Molon, seorang anggota parlemen dari Partai Sosialis Brasil.
Penanganan virus corona oleh Bolsonaro telah banyak dikritik karena ia mengabaikan bahaya virus corona dan mengatakan kepada orang-orang Brasil untuk mengabaikan pembatasan karantina.
Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS bulan lalu memperingatkan risiko terhadap penggunaan hydroxychloroquine untuk mengobati virus corona setelah Presiden AS Donald Trump mengklaim obat itu bisa digunakan untuk pasien Covid-19.