TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Hong Kong Carrie Lam pada Jumat, 15 Mei 2020, mengesampingkan permintaan agar dilakukan penyelidikan independen atas tuduhan kebrutalan aparat kepolisian dalam menghadapi pengunjuk rasa pro-demokrasi. Lam hanya menerima sebuah rekomendasi lembaga pengawas soal gas air mata dan pelatihan.
“Saya tidak setuju dan tidak ingin melakukannya,” kata Lam menjawab tuntutan demonstan agar dilakukan pembuktian independen, seperti dikutip dari reuters.com.
Sebuah poster bergambarkan Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam di jalanan yang dibangun barikade oleh demonstran di pusat bisnis di Hong Kong, 13 November 2019. REUTERS/Shannon Stapleton
Menurut Lam, permintaan penyelidikan independen itu sama dengan melemahkan Kepolisian Hong Kong. Walau begitu, Pemerintah Hong Kong akan menerima sejumlah rekomendasi dari Independent Police Complaints Council (IPCC), yakni sebuah lembaga pengawas kepolisian.
Dalam laporan IPCC setebal 999 halaman yang dipublikasikan pada Jumat, 15 Mei 2020, disebutkan agar dilakukan sebuah evaluasi aturan penggunaan gas air mata dan pelatihan ketertiban umum bagi aparat kepolisian. Laporan IPCC juga menyebutkan aparat kepolsiian telah bertindak sesuai pedoman meskipun ada ruang bagi perbaikan. Tuduhan kebrutalan aparat kepolisian tidak boleh digunakan sebagai senjata politik.
Hong Kong selama berbulan-bulan atau sejak pertengahan 2019 terjadi gelombang protes melawan Pemerintah Cina yang mengendalikan Hong Kong. Beberapa dari unjuk rasa itu ada yang berakhir dengan kekerasan.
Unjuk rasa di Hong Kong surut selama wabah virus corona merebak. Namun penahanan beberapa aktivis dalam beberapa hari terakhir membangkitkan lagi kemarahan masyarakat Hong Kong.
Demonstran menuduh aparat kepolisian telah menggunakan kekuatannya secara berlebihan. Sedangkan otoritas mengatakan para pengunjuk rasa telah bersikap rusuh dan provokatif.