TEMPO.CO, Jakarta -Video rekaman aparat militer Myanmar menganiaya dan menyiksa lima pria warga negara bagian Rakhine yang dituduh jaringan pemberontak Arakan Army viral di media sosial.
Dalam rekaman video yang ditayangkan di Radio Free Asia, 12 Mei 2020, beberapa aparat militer Myanmar memukuli kelima pria di dalam kapal angkatan laut Myanmar.
Kelima pria itu dipukuli saat diinterogasi dengan kedua mata ditutup kain dan kedua tangan diikat ke arah belakang.
Mereka tertangkap aparat keamanan saat operasi pembersihan di desa Kyauk Seik di kota Ponnagyundi utara Rakhine. Lokasi ini diyakini terhubung dengan Arakan Army.
Kelimanya kemudian ditangkap dan dimasukkan dalam kapal angkatan laut Myanmar yang berlayar dari Ponnagyun ke Sittwe, ibukota Rakhine pada 27 April lalu.
Keluarga korban mengungkapkan setelah video itu viral bahwa aparat militer Myanmar yang menginterogasi memaksa kelima tahanan itu mengaku bahwa mereka milisi Arakan Army.
Padahal menurut keluarga korban dan penduduk desa setempat, kelima laki-laki yang ada di dalam rekaman video itu warga sipil, tidak terlibat dalam konflik bersenjata Arakan Army.
Militer Myanmar yang disebut juga sebagai Tatmadaw mengatakan, beberapa pasukan telah melakukan pelanggaran hukum dan melakukan teknik interogasi yang tidak sepatutnya.
Dalam pernyataan yang dimuat di situs resmi komandan militer Myanmar menyebutkan militer akan mengambil tindakan hukum terhadap personil yang melakukan interogasi dengan melanggar hukum terhadap warga sipil.
Namun Phil Robertson, wakil direktur Human Rights Watch untuk Asia mengatakan, investigasi yang dilakukan militer tidak akan memberikan keadilan bagi kelima orang yang disiksa.
"Fakta bahwa orang-orang ini diambil dari kantor polisi oleh militer, dan diduga disiksa di kapal dan kemudian dikirim kembali ke polisi menunjukkan betapa militer berada di atas hukum," kata Roberteson.
Dia meminta penyelidikan penuh oleh lembaga independen atas penyiksaan terhadap 5 warga sipil Rakhine oleh militer Myanmar.
Pertempuran antara militer Myanmar dan pemberontak Arakan Army memanas di Rakhine dan kota Paletwa di negara bagian China sejak 16 bulan lalu. Pasukan anti-pemerintah ini dinyatakan sebagai organisasi ilegal dan organisasi teroris.