TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah negara-negara Eropa mulai mengkampanyekan "bike to work" seiring dengan mulai dilonggarkannya lockdown Corona (COVID-19). Hal tersebut untuk mengurangi beban terhadap transportasi umum yang belum bisa sepenuhnya pulih. Di sisi lain, untuk memastikan tiap warga tetap menjaga jarak fisik.
Salah satu yang mulai mengkampanyekannya adalah Prancis, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin, 11 Mei 2020. Bahkan, Prancis juga berencana menginvestasikan 20 juta Euro untuk menggenjot industri sepeda lokal. Hal itu mulai dari mensubsidi harga sepeda hingga mengembangkan infrastruktur publik yang mendukung pengguna sepeda.
Contoh lain, selain Prancis, adalah Inggris. Inggris, yang tergolong ketinggalan dalam budaya bersepeda, akan mengucurkan dana 250 juta Poundsterling untuk mendukung industrinya. Sama seperti Prancis, hal itu mulai dari mensubsidi harga sepeda hingga pengembangan infrastruktur seperti lajur khusus sepeda.
Produsen sepeda asal Belanda, VanMoof, mengapresiasi langkah yang diambil negara-negara Eropa tersebut. Menurutnya, pemerintah negara-negara Eropa sudah mengambil langkah yang tepat karena penjualan sepeda melonjak selama pandemi virus Corona. Di Inggris, misalnya, dari Februari hingga April, penjualan sepeda VanMoof meningkat 184 persen.
"Ini sebenarnya masalah kebiasaan. Orang-orang terbiasa pergi bekerja dengan mobil atau kereta. Pandemi virus Corona menjadi efek kejut karena memaksa mereka untuk keluar dari kebiasaan itu (dan mulai menggunakan sepeda)," ujar salah satu pendiri VanMoof, Taco Carlier. Carlier menambahkan, secara global, penjualan mereka meningkat 48 persen di periode yang sama.
Tak hanya penjualan sepeda meningkat, nilai saham perusahaan manufaktur sepeda pun ikut naik. Halfords, produsen sepeda asal Inggris, mengklaim sahamnya naik 26 persen pada hari ini. Gara-garanya, Menteri Perhubungan Inggris meminta warganya untuk mulai memakai sepeda untuk bekerja.
Peneliti dari lembaga konsultan MicKinsey, Timo Moeller, memprediksi tren bersepeda akan makin popular akibat virus Corona. Pandemi yang terjadi, kata ia, membuat orang-orang mulai memasukkan faktor keamanan dari infeksi dalam memilih moda transportasi.
"Kesehatan sekarang menjadi sama pentingnya dengan regulasi, status finansial, dan teknologi ketika membicarakan transportasi. Di masa depan, konsumen tidak lagi hanya akan melihat harga dan kenyamanan, namun juga ancaman infeksi," ujar Moeller.
ISTMAN MP | REUTERS