TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Hubungan Internasional Rusia atau RIAC memproyeksi Rusia, Turki dan Iran akan mencapai sebuah konsensus untuk menggeser Presiden Suriah, Bashar Al Assad dan melakukan sebuah gencatan senjata saat membentuk sebuah pemerintahan transisional yang melibatkan anggota oposisi dan Pasukan Demokratik Suriah atau SDF.
RIAC dalam laporannya menyebut sebuah organisasi Rusia bernama Yayasan Perlindungan Nilai-nilai Nasional berafiliasi dengan badan keamanan dan kantor Presiden Rusia Vladimir Putin, telah melakukan sebuah survei di Suriah. Jajak pendapat ini akan membawa sebuah pesan politik yang jelas, yakni meyakinkan bahwa masyarakat Suriah tidak ingin Assad menjadi presiden lagi.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei terima kunjungan Presiden Suriah Bashar al Assad, di Teheran, Iran, 25 Februari 2019. Teheran sendiri merupakan sekutu utama Assad yang berjasa dalam memenangkan perang sipil di Suriah. Official President website/Handout via REUTERS
Dalam laporan itu disebutkan pula sejak memulai intervensi militernya di Suriah, Moskow telah seberusaha mungkin menghindari gambaran sebagai pembela Assad. Sejumlah negosiasi menekankan masyarakat Suriah akan memutuskan apakah Assad akan tetap menjadi presiden atau tidak.
RIAC menjelaskan Rusia sudah sangat serius membicarakan soal perubahan di Suriah karena melindungi Assad telah menjadi sebuah beban.
“Rusia menduga Assad bukan hanya tidak bisa lagi memimpin negara, tapi Presiden Suriah itu juga sedang menarik Moskow ke scenario Afgan yang mungkin sangat membingungkan bagi Rusia,” demikian pemberitaan TASS, seperti dikutip dari middleeastmonitor.com.
Kantor berita TASS menambahkan pula Iran yang sedang menderita akibat sanksi Amerika Serikat pada negara itu, tidak tertarik mencapai stabilitas di seluruh kawasan karena menganggapnya itu sebagai sebuah medan pertempuran dengan Washington.
TASS menulis Assad tidak bisa menolak permintaan Rusia sehingga dia membuat mereka mendengar apa yang ingin mereka dengar, namun pada akhirnya dia menerapkan permintaan Tehran. Kantor Berita asal Rusia itu menekankan Moskow sedang mengupayakan sejumlah skenario, termasuk melihat kehadiran pasukan militer di Suriah saling menerima pengaruh. Hasilnya, Suriah akan tetap terbagi menjadi wilayah yang dilindungi Tehran dan Moskow, lalu wilayah oposisi didukung oleh Turki dan Eufrat timur didukung oleh Washington dan SDF.