TEMPO.CO, Jakarta - Militer Rusia dikabarkan akan membantu Venezuela untuk mencari sisa-sisa milisi yang terlibat upaya kudeta Presiden Nicolas Maduro pekan lalu. Salah satu bantuan yang diberikan adalah meminjamkan drone beserta operatornya yang berasal dari satuan militer khusus Rusia.
"Kurang lebih delapan personil satuan militer khusus Rusia dilibatkan untuk mengoperasikan drone dalam operasi pencarian dan patroli," sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 9 Mei 2020.
Kabar soal keterlibatan Rusia tersebut pertama kali terungkap lewat akun Twitter milik satuan militer Venezuela, @ZodiLaGuaira. Dalam tweet tersebut, dikatakan Rusia akan membantu dalam operasi patroli La Guaira, pesisir utrara Caracas, ibu kota Venezuela. Adapun bantuan dari Rusia dikatakan sudah tiba pada hari Kamis kemarin.
Tweet tersebut sekarang sudah dihapus. Kementerian Informasi Venezuela belum memberikan komentar. Sementara itu, Deputi Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, tidak membantah kabar yang beredar namun menyebutnya sebagai upaya untuk merusak hubungan Rusia dan Venezuela.
Akun @ZodiLaGuaira, dalam tweet terpisah, menyatakan bahwa tidak ada intervensi apapun dari Rusia terhadap kerja militer Venezuela. Walau begitu, sama dengan Ryabkov, mereka tidak membantah soal kerjasama Venezuela dan Rusia.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Venezuela berhasil mengagalkan rencana kudeta yang diarahkan kepada Maduro. Rencana kudeta tersebut berlangsung akhir pekan lalu di mana melibatkan setidaknya 31 orang dari berbagai latar belakang.
Ke-31 orang tersebut telah ditangkap di mana dua di antaranya adalah tentara bayaran dari perusahaan keamanan Amerika, Silvercorp. Silvercorp sendiri tidak membantah kebenaran operasi yang diberi nama sandi "Gideon" tersebut.
Kabar terbaru, Venezuela meminta adanya ekstradisi terhadap CEO Silvercorp, Jordan Goudreau. Goudreau, yang merupakan veteran militer Amerika, mengklaim sebagai figur yang mengorganisir rencana kudeta dan penculikan terhadap Maduro.
ISTMAN MP | REUTERS