TEMPO.CO, Jakarta - Singapore Airlines atau SIA diperkirakan untuk pertama kalinya dalam sejarah maskapai itu akan mengalami kerugian sepanjang tahun menyusul wabah virus corona yang memukul sektor penerbangan dunia.
SIA Group, yang memiliki maskapai Singapore Airlines, SilkAir dan maskapai dengan harga tiket murah Scoot, masih berharap bisa mendapat profit dari operasionalnya walaupun sedikit.
Dikutip dari asiaone.com, cash flow operasional SIA group diperkirakan akan negatif periode April – Juni 2020 menyusul pandemik virus corona yang belum memperlihatkan tanda pengurangan secara pasti. Raihan satu tahun penuh SIA akan diumumkan pada 14 Mei mendatang.
Singapore Airlines atau SIA mengurangi layanan penerbangan hingga 96 persen, akibat penutupan perbatasan negara-negara yang mereka layani, akibat wabah virus corona. Foto: @singaporeair
SIA Group dalam keterangan menjelaskan situasi keuangan perusahaan sudah semakin memburuk oleh jatuhnya harga bahan bakar pada Maret 2020 yang menyebabkan kerugian nilai lindung bahan bakar.
Hedging adalah strategi penilai risiko yang memungkinkan maskapai-maskapai misalnya memperbaiki harga bahan bakar dimuka demi meminimalkan dampak volalitas terhadap operasional mereka. Berkurangnya jumlah penerbangan telah mengarah pada pembelian bahan bakar yang berlebihan menyusul harga bahan bakar yang terus melemah. Walhasil kerugian diperkirakan akan terus berlangsung.
Turunnya jumlah penumpang yang bepergian lewat udara telah membuat banyak maskapai termasuk SIA, harus mengkandangkan sebagian besar burung besinya. Sekarang ini, hanya sekiar 4 persen pesawat SIA dan SilkAir yang masih terbang. Sedangkan pesawat Scoot, hanya 2 persen yang beroperasi dalam dua bulan ke depan.
“Waktu pemulihan dari krisis Covid-19 dan lintasannya, masih belum pasti. Selama ini, SIA Group terus melakukan Langkah-langkah untuk mengurangi biaya pengeluaran, menghemat uang dan secara proaktif membangun liquiditas serta memperkuat neraca kami,” tulis SIA group dalam keterangannya.