TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Jacinda Ardern mulai mempromosikan Selandia Baru sebagai surga investasi yang baru. Hal tersebut menyusul keberhasilannya mengendalikan pandemi Corona (COVID-19) dalam beberapa bulan terakhir.
"Kami siap menerima investasi berharga dan menawarkan investor keamanan baik dalam hal kesehatan maupun bisnis," ujar Ardern sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 6 Mei 2020.
Sebagaimana diketahui, beberapa hari terakhir, nyaris tidak ada kasus dan kematian akibat virus Corona di Selandia Baru. Pekan ini saja, Selandia Baru hanya mencatakan dua kasus dan satu korban meninggal setelah dua hari berturut-turut nol kasus maupun kematian. Total, Selandia Baru mencatatkan 1.488 kasus dan 21 korban meninggal akibat virus Corona.
Dengan angka kasus dan kematian yang nyaris nol, Selandia Baru mulai melonggarkan lockdownnya sejak pekan lalu. Salah satu wujudnya, bisnis-bisnis non esensial sudah diperbolehkan kembali beroperasi. Namun, pembatasan sosial tetap diberlakukan dan perbatasan belum dibuka karena pandemi global yang belum sepenuhnya terkendali.
Ardern mengatakan, keberhasilan Selandia Baru menangani virus Corona dibandingkan negara-negara lainnya adalah bukti mereka lebih dari siap untuk menerima berbagai investasi. Ia bahkan mengatakan bahwa Selandia Baru berpotensi bangkit lebih dulu secara ekonomi dibandingkan negara-negara tetangga.
"Dengan (keberhasilan) menangani virus Corona, Selandia Baru sudah menegaskan posisinya sebagai negara yang mampu lebih dulu membangun ekonominya dibanding negara lain. Itulah keunggulan Selandia Baru," ujar Ardern optimistis.
Perusahaan besar yang sudah menyatakan kesiapannya berinvestasi di Selandia Baru adalah Microsoft. Perusahaan milik Bill Gates itu akan membuka data centre baru di Selandia Baru.
Di luar optimisme Ardern, sesungguhnya Selandia Baru terancam kehilangan pemasukan sebesar US$200 miliar akibat Corona (COVID-19). Sebab, pemasukan tersebut berasal dari tourism dan Ardern belum mau membuka pintu untuk hal tersebut.
Tourism adalah salah satu penyumbang devisa terbesar untuk Selandia Baru. Sektor tersebut memperkerjakan 10 persen dari total tenaga kerja serta mewakili 6 persen dari PDB Selandia Baru.
ISTMAN MP | REUTERS