TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan pemerintahannya tidak terlibat dalam tindakan serangan bersenjata gagal, yang disebut Venezuela didukung AS.
Militer Venezuela menangkap dua orang warga Amerika Serikat, yang merupakan bekas anggota militer, sebagai tentara bayaran. Keduanya merupakan anggota dari perusahaan keamanan Silvercorp, yang berbasis di Florida, AS.
“Kita akan cari tahu. Kami baru saja dengar soal ini,” kata Trump saat ditanya soal insiden ini dan penangkapan warga AS oleh otoritas Venezuela seperti dilansir Reuters pada Selasa, 5 Mei 2020.
Trump melanjutkan,”Tapi itu tidak terkait dengan pemerintahan ini.”
Soal ini, Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, mengatakan,”Pemerintah Amerika Serikat tidak terlibat dengan apa yang terjadi di Venezuela dalam beberapa hari terakhir.”
Trump mengatakan ini menanggapi pernyataan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, yang mengatakan ada plot serangan bersenjata terencana yang disusun Washington untuk memasuki Venezuela dari pantai Karibia dan menggulingkannya.
Ada delapan orang terbunuh akibat insiden itu, yang terjadi pada Ahad akhir pekan lalu menurut otoritas Venezuela.
Maduro menunjukkan sejumlah barang sitaan dari para pelaku serangan yaitu paspor AS, dan kartu identifikasi milik Airan Berry, 41 tahun, dan Luke Denman, 34 tahun.
Keduanya telah ditahan dan disebut bekerja sama dengan Jordan Goudreau, yang merupakan veteran militer AS dan memiliki perusahaan keamanan di Florida bernama Silercorp USA.
Reuters melansir kedua orang warga negara AS yang ditahan bersama Goudreau merupakan bekas anggota pasukan khusus dan pernah bertugas bersama.
Reuters melansir ketiga warga AS ini ditahan oleh lembaga intelijen militer Venezuela berdasarkan sumber yang mengetahui insiden ini.
Menteri Informasi Venezuela, Jorge Rodriguez, mengatakan plot serangan militer itu bermasalah karena terjadi persaingan di antara para pelaku dan munculnya masalah logistik. Pelaku juga kehabisan bahan bakar untuk perahu yang ditumpangi.
Hubungan Amerika dan Venezuela memanas selama beberapa tahun terakhir terkait tindakan boikot ekonomi yang dilakukan pemerintahan Trump untuk menjatuhkan Maduro dari posisi Presiden. Alasannya, Maduro memenangi pemilu 2018 dengan cara curang.