TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Telekomunikasi Nasional Filipina memerintahkan penutupan operasional televisi terbesar dan terkemuka negara itu, ABS-CBN sejak kemarin malam.
Penutupan televisi dengan jaringan terbesar di Filipina disebabkan sekutu presiden Rodrigo Duterte di Kongres menolak memperbarui izin operasional televisi yang sudah berjalan 25 tahun.
Izin operasional ABS-CBN berakhir pada Senin kemarin, 4 Mei 2020.
Sejak awal menjabat sebagai presiden, Duterte telah berulang kali mengeluarkan pernyataan kebencian pada televisi ABS-CBN. Duterte juga berulang kali mengeluarkan ancaman mencabut izin operasional televisi itu setelah kerap mengkritik kebijakannya melalui pemberitaan.
Amarah Duterte juga belum reda karena saat pemilihan presiden tahun 2016, ABS-CBN disebut gagal menyiarkan iklan kampanyenya dan tidak mengembalikan pembayaran.
Desember tahun lalu, presiden Duterte melontarkan ejekan kepada stasiun televisi itu: "ABS-CBN, kontrak Anda akan berakhir. Jika saya jadi Anda, lebih baik Anda menjualnya...Saya akan memastikan bahwa Anda akan mengingat episode kali ini untuk selamanya."
Juru bicara Presiden, Harry Roque mengatakan dalam pernyataannya kemarin, Presiden Duterte menyerahkan nasib ABS-CBN kepada Kongres.
Presiden Duterte, ujarnya, juga telah menerima pernyataan maaf dari pihak ABS-CBN sehubungan dengan sengketa iklan pada pemilihan presiden 2016.
Sejumlah organisasi media dan pendukung kemerdekaan pers mengkritik Presiden Duterte dan sekutunya yang sengaja mematikan kemerdekaan pers di Filipina dengan tidak memperbarui izin operasional ABS-CBN.
"Memerintahkan ABS-CBN menghentikan operasionalnya merupakan serangan berlebihan terhadap kebebasan media. Penduduk Filipina membutuhkan informasi yang akurat dari sumber-sumber independen. Pemerintah harus segera bertindak agar ABS-CBN tetap mengudara dan menghentikan semua upaya untuk membatasi kebebasan media," ujar Amnesty International dalam pernyataannya.
Meski operasional televisi ABS-CBN resmi ditutup kemarin, namun pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte memberikan kesempatan kepada televisi itu melakukan perlawanan ke Pengadilan Mahkamah Filipina.
Stasiun televisi ABS-CBN memperkerjakan lebih dari 11 ribu karyawan. Jutaan pelanggan televisi ini akan dirugikan karena tidak dapat lagi menyaksikan pemberitaan media itu.