TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 29 pengungsi Rohingya yang terkatung-katung selama berminggu-minggu di atas kapak di perairan Teluk Bengal akhirnya dikarantina di pulau terpencil di Teluk Bengala oleh pemerintah Bangladesh.
Pengungsi Rohingya itu yang sebagian besar anak-anak dan perempuan ditempatkan di pulau yang rawan tersapu badai, Bhashan Char atau Thengar Char, menurut laporan CNN, 5 Mei 2020.
Bangladesh menempatkan pengungsi Rohingya itu di pulau itu guna melindungi kamp-kamp pengungsi Cox's Bazar dari penularan COVID-19.
Seorang perwira Angkatan Laut Bangladesh, Abur Rashid menjelaskan, pengungsi Rohingya itu terdiri dari 19 perempuan, lima anak-anak, dan lima pria. Mereka tidak menderita sakit akibat terjangkit virus Corona.
"Mereka tidak memiliki gejala corona, namun penyelidikan dan tes kesehatan sedang berlangsung," kata Rashid.
Komisioner Bangladesh Refugee Relief and Repatriation, Mahbub Alam Talukder membenarkan sebanyak 29 pengungsi Rohingya dikirim ke Bhashan Char oleh militer Bangladesh. Di pulau ini mereka memiliki akses untuk fasilitas kesehatan, makanan dan air.
Namun, Talukder mengatakan, tidak ada penjelasan apakah mereka akan dipulangkan ke daratan setelah masa karantina berakhir atau mereka akan tetap tinggal di pulau itu.
Mereka menjadi pengungsi Rohingya pertama yang dikirim ke pulau itu. Pemerintah Bangladesh telah membangun fasilitas di sana selama bertahun-tahun. Rencananya ribuan pengungsi Rohingya di Cox's Bazar akan direlokasi ke tempat ini meski belum ada jadwal waktu yang telah ditentukan.
PBB sebelumnya mengatakan perlu lebih banyak waktu untuk menilai keamanan pulau dataran rendah tak berpenghuni ini karena saat musim hujan, pulau ini terendam air.
Amnesty Internationalm mengatakan, sebanyak 800 pengungsi Rohingya masih terkatung-katung di atas kapal di Teluk Bengala. Amnesty membuat surat terbuka mendesak pemerintah yang berada di wilayah itu untuk mengizinkan mereka masuk dengan alasan kemanusiaan.