TEMPO.CO, Washington – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berupaya mempercepat inisiatif memindahkan rantai pasokan barang global atau pabrik dari Cina ke negara lain seiring ketegangan kedua negara terkait wabah virus Corona.
Pemerintahan Trump sedang mengkaji tarif impor baru untuk menghukum Beijing karena dinilai tidak terbuka dalam penanganan wabah virus Corona.
Trump meningkatkan kritik terhadap Cina menjelang pemilihan Presiden AS pada 3 November 2020. Dia dikenal dengan gagasan membawa kembali industri manufaktur dari luar negeri termasuk Cina ke AS.
“Kami sedang mengupayakannya (mengurangi ketergantungan pasokan suplai barang dari Cina) selama beberapa tahun tapi sekarang mempercepat pelaksanaan inisiatif soal ini,” kata Keith Krach, undersecretary Bidang Pertumbuhan Ekonomi, Energi, dan Lingkungan, di kementerian Luar Negeri kepada Reuters pada Senin, 4 Mei 2020.
Seiring meluasnya wabah virus Corona atau Covid-19 ke sekitar 185 negara termasuk AS, dan kehancuran ekonomi yang ditimbulkan, mendorong pemerintah AS memindahkan rantai pasokan barang dari Cina. Ini bisa dipindahkan ke AS atau ke negara sahabat.
“Saya pikir perlu memahami dimana area kritis itu berada dan dimana kemandekan kritis itu terjadi,” kata Krach.
Menurut dia, soal rantai pasokan barang ini terkait langsung dengan keamanan AS. Pemerintah akan segera mengumumkan langkah penanganannya.
Kementerian Perdagangan AS dan Luar Negeri serta beberapa lembaga lainnya berupaya mendorong perusahaan agar memindahkan asal pasokan bahan baku dan kegiatan manufaktur dari Cina.
Ini dilakukan dengan memberi insentif pajak dan ketentuan lainnya untuk mendorong terjadinya perpindahan ini.
“Pemerintah berupaya penuh melakukan ini,” kata salah satu pejabat Amerika.
Hubungan AS dan Cina kembali memanas terkait merebaknya wabah virus Corona, yang telah menginfeksi sekitar 3.6 juta jiwa dan menewaskan 251 ribu orang.
Sekitar 1.2 juta orang di AS terinfeksi virus Corona dan 69 ribu orang meninggal. Amerika menjadi negara dengan jumlah korban virus Corona terbanyak diikuti Spanyol, Italia, Inggris, Prancis, Jerman. Cina mencatat jumlah kasus infeksi virus Corona sebanyak sekitar 84 ribu orang dengan 4.600 orang meninggal seperti dilansir Johns Hopkins University.