TEMPO.CO, Cox Bazar- Sekitar 30 orang pengungsi warga etnis minoritas Muslim Rohingya menjalani karantina di sebuah pulau di Teluk Bengala terkait pencegahan virus Corona.
Para pengungsi ini sempat terombang-ambing di laut selama beberapa pekan dan tiba di Bangladesh pada Sabtu, 2 Mei 2020.
“Ada 29 orang pengungsi dan mayoritas perempuan dan anak-anak, yang dibawa ke Pulau Bashan Char, untuk melindungi lokasi pengungsi Rohingya di Kamp Cox Bazar dari kemungkinan terkena wabah virus Corona,” kata Letnan Angkatan Laut, Abdur Rashid, dari Bangladesh seperti dilansir CNN pada Selasa, 5 Mei 2020.
Saat ini, area Cox Bazar menjadi lokasi pengungsian sekitar satu juta warga Rohingya. Lokasi ini menjalani lockdown sejak awal April sehingga para pengungsi hanya diizinkan melakukan sedikit aktivitas gerakan ke luar atau dalam lokasi.
Pengungsi Rohingya yang saat ini berada di Pulau Bhashan Char merupakan sebagian dari ratusan warga pengungsi yang melarikan diri dari Malaysia. Mereka sempat terombang ambing di laut dalam keadaan memprihatinkan.
Warga Rohingya tidak diakui statusnya oleh negara asalnya yaitu Myanmar walaupun telah berada di sana selama berabad-abad.
Belakangan, tim investigasi dari PBB menyatakan militer Myanmar terlibat dalam tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap warga Rohingya dan menyebutnya sebagai genosida pada pertengahan 2017.
Mengenai kondisi 29 orang pengungsi Rohingya ini, Rashid mengatakan ada 19 orang perempuan, lima lelaki dan lima anak-anak.
Mereka tiak menunjukkan gejala terinfeksi virus Corona, yang telah menelan korban jiwa sekitar 251 ribu dan menginfeksi sekitar 3.6 juta orang.
“Mereka tidak menunjukkan gejala terinfeksi virus Corona tapi proses tes medis sedang berjalan,” kata Rashid.