TEMPO.CO, Washington – Perusahaan manufaktur pesawat terbang global, Boeing, mengatakan akan menggalang dana sebesar US$25 billion atau sekitar Rp380 triliun di tengah kesulitan keuangan akibat dampak dari wabah virus Corona.
Dana ini akan diperoleh dari obligasi sehingga Boeing tidak akan meminta dana talangan atau bail-out dari pemerintah, yang diatur lewat Undang-Undang CARES.
“Kami sangat senang dengan respon pasar terhadap penerbitan obligasi kami hari ini. Ini akan berdampak positif bagi likuiditas perusahaan dan 17 ribu lebih mitra dalam rantai pasokan,” begitu pernyataan manajemen Boeing seperti dilansir CNN pada Jumat, 1 Mei 2020.
Pemerintah AS dan Kongres telah mengesahkan Undang-Undang CARES, yang mengatur detil bantuan keuangan oleh pemerintah untuk perusahaan yang kesulitan keuangan akibat wabah virus Corona.
Ini setelah Kongres menyetujui paket penyelamatan ekonomi US$2.3 triliun atau sekitar Rp35 ribu triliun.
Boeing berhak menggunakan dana talangan ini untuk membantu keuangan perusahaan sehingga bisa membayar tagihan dan gaji karyawan.
Boeing mengatakan perusahan tidak akan mencari dana di pasar uang atau capital market setelah penerbitan surat utang itu. “Jatuh tempo surat utang itu berkisar tiga hingga 40 tahun,” begitu dilansir Reuters.
Pada Rabu, manajemen Boeing melaporkan kerugian usaha akibat dampak dari wabah virus Corona senilai US$1.7 miliar atau sekitar Rp25 triliun. Manajemen juga mengatakan akan memberhentikan sektiar 16 ribu pekerja karena kesulitan likuiditas ini.
Kinerja keuangan Boeing terkena dampak dari turunnya permintaan maskapai untuk pesanan pesawat baru. Ini terjadi karena anjloknya kegiatan perjalanan udara akibat merebaknya wabah virus Corona di seluruh dunia. Kondisi serupa juga dialami manufaktur pesawat asal Eropa yaitu Airbus, yang menjadi kompetitor dari Boeing.
Channel News Asia melansir virus Corona ini menyebar pertama kali di Kota Wuhan, Hubei, Cina, pada Desember 2019. Wabah ini telah menelan korban jiwa 233 ribu orang di 185 negara dengan total infeksi mengenai 2.3 juta orang.
Saat ini, perusahaan farmasi asal AS mengatakan ada obat bernama Remdesivir, yang berpotensi untuk mengobati korban infeksi virus Corona dan sedang dalam proses uji klinis.