TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump menyatakan bahwa kesepakatan dagang antara Amerika dan Cina tak lagi penting baginya. Penyebabnya adalah pandemi virus Corona (COVID-19) di mana Trump menyakini Cina sebagai dalangnya. Oleh karenanya, kata Trump, dirinya tengah mengkaji sanksi dagang untuk Cina.
"Kami memang menekan kerjasama dagang agar mereka membeli banyak dari Amerika. Mereka memang membeli banyak dari kami. Namun, sekarang, hal tersebut tidak lagi jadi prioritas karena pandemi yang terjadi," ujar Trump sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 1 Mei 2020.
Trump kembali menegaskan bahwa prioritas utamanya kali ini adalah menangani dan mengungkap dalang pandemi virus Corona. Dugaan sejauh ini, menurut Trump, adalah virus Corona berasal dari laboratorium virologi Wuhan, Cina. Bahkan, Trump mengklaim sudah memiliki buktinya walaupun komunitas intelijen Amerika membantah hal tersebut.
Seperti beberapa kali diberitakan, Amerika dan Cina saling serang soal asal usul virus Corona. Apabila Amerika menuduh Corona berasal dari laboratorium virologi Wuhan, Cina menuduh virus itu berasal dari Amerika. Tepatnya, tuduhan Cina, virus Corona dibawa oleh personel militer Amerika ke Wuhan.
Selama ini, perseteruan keduanya tak lebih dari level retorik. Keduanya saling hajar dengan mengarahkan narasi soal asal usul virus Corona. Namun, baru kali ini Trump menyatakan mengkaji sanksi dagang untuk Cina. Hal itu Trump nyatakan tak lama setelah menyebut Cina mengancam kampanye pemilunya.
Mengutip Reuters, pemerintahan Trump mengkaji sejumlah opsi sanksi. Namun, pengkajian tersebut masih di tahap permulaan. Sebab, pemerintahan Trump ingin 'hukuman' tersebut berjalan efektif tanpa menutup kemungkinan kerjasama lagi ke depannya. Salah satu yang dipertimbangkan adalah kenaikan tarif dagang.
"Ada diskusi soal bagaimana mengatur serangan ke Cina sebaik mungkin," ujar salah seorang sumber Reuters di pemerintahan Trump. Ia menyebut lengkah Trump tergolong beresiko karena Amerika masih mengimpor APD (Alat Pelindung Diri) dari Cina.
Opsi lain yang kabarnya dipertimbangkan adalah menghentikan pembayaran utang Amerika ke Cina. Penasehat Ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, membantah hal tersebut karena melunasi utang adalah wajib hukumnya. Sementara itu, Trump merasa tarif dagang tinggi akan lebih efektif.
"Saya bisa saja melakukannya (menghentikan pembayaran utang sebagai hukuman). Namun, saya bisa melakukan hal lain, untuk uang yang lebih banyak, dengan memberikan tarif (tinggi)," ujar Trump menegaskan.
Sebagai catatan, Januari lalu, Amerika dan Cina menekan kerjasama dagang miliaran Dollar dengan Amerika. Salah satu isi kesepakatannya adalah pemangkasan tarif dagang untuk barang dari Cina. Sebagai gantinya, Cina akan membali banyak barang dari Amerika seperti produk peternakan, energi, dan hasil manufaktur. Nilai impor dari Cina sendiri diperkirakan berada di kisaran US$ 370 miliar.
ISTMAN MP | REUTERS