TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Korea Selatan melaporkan, untuk pertama kalinya sejak bulan Februari, tidak ada kasus virus Corona (COVID-19) dari cluster domestik. Di sisi lain, angka kasus dari kluster import pun sedikit, di bawah lima.
"Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan melaporkan 4 kasus baru virus Corona, semuanya impor, menjadikan total kasus virus Corona di Korea Selatan sebanyak 10.765," sebagaimana dikutip dari The Guardian, Kamis, 30 April 2020.
Korban meninggal baru pun juga nyaris tidak ada di Korea Selatan. Dikutip dari The Guardian, Korea Selatan hanya mencatakan satu kematian baru. Hal tersebut menjadikan total kematian akibat virus Corona menjadi sebanyak 247 orang.
Meski pencapaian tersebut terbilang positif, pemerintah Korea Selatan meminta warga untuk tidak lengah. Warga diminta untuk tetap menerapkan pembatasan sosial, bahkan di saat libur nasional yang akan berlangsung pekan ini seperti Hari Kelahiran Buddha, May Day, dan Hari Anak.
Sementara itu, Direktur Jenderal untuk Kebijakan Kesehatan Publik, Yoon Tae-ho, melaporkan bahwa pelaksanaan pemilu legislatif dua pekan lalu tidak menimbulkan satupun kasus virus Corona. Ia menganggap hal tersebut sebagai bukti bahwa pandemi virus Corona bisa ditekan apabila warga menurut pada pembatasan sosial yang diberlakukan.
"Pemilu pada 15 April lalu diikuti oleh 29 juta orang. Tidak ada satupun kasus dari kluster tersebut usai masa inkubasi dua pekan. Terima kasih kepada seluruh petugas yang berjaga dan memastikan pembatasan sosial dilakukan," ujar Tae-ho.
Selain Korea Selatan, negara lain yang mencatatkan angka kasus dan kematian baru kecil atau nyaris nol adalah Vietnam dan Selandia Baru. Selandia Baru, misalnya, akhir pekan lalu menyatakan hanya mencatatkan satu kematian baru akibat virus Corona (COVID-19). Dengan begitu, mereka memberanikan diri untuk melonggarkan lockdown satu level, dari level 4 ke level 3.
Pada lockdown level 3, sejumlah bisnis sudah boleh beroperasi dan anak-anak pun boleh kembali ke sekolah. Namun, kenyataan di lepangan, warga dan bisnis terlalu antusias dengan pelonggaran lockdown yang terjadi sehingga melupakan pembatasan sosial. Hal itu, menurut Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, menunjukkan pembatasan sosial dan kontrol tetap diperlukan meski pertumbuhan kasus dan korban baru sudah ditekan.
ISTMAN MP | THE GUARDIAN