TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pasien COVID-19 kabur dari sebuah fasilitas isolasi di area Balewadi Pune, India. Pasien berusia 71 tahun itu, berjalan kaki sejauh 17 kilometer dari tempat isolasi menuju rumahnya di Yarwada, India.
Identitas lengkap pasien itu tidak dipublikasi. Dia kabur dengan alasan fasilitas karantina sipil tempatnya dirawat, tidak memberi makan pasien dan tidak memiliki fasilitas mendasar seperti kamar mandi.
Petugas menggunakan pakaian pelindung saat menyemprotkan disinfektan pad gerbong kereta yang diubah menjadi fasilitas khusus virus corona atau Covid-19 di Kolkata, India, 6 April 2020.Indian Railways merupakan operator kereta api terbesar keempat di dunia. REUTERS/Rupak De Chowdhuri
Pada Selasa sore, 28 April 2020, para tetangga menemukan pasien COVID-19 yang sudah lansia itu duduk tak berdaya di luar rumahnya, yang terkunci karena anggota keluarganya yang lain juga menjalani karantina setelah beberapa orang dalam satu keluarga itu positif COVID-19.
Pasien lansia itu di tes virus corona pada 25 April 2020 dan hasilnya positif. Tetangga yang melihatnya pulang ke rumah, segera menelepon otoritas berwenang. Siddharth Dhende, otoritas di area Yerawada lalu menelepon ambulan agar membawa pasien itu ke fasilitas isolasi.
“Saya mengabarkan otoritas agar pasien ini segera direhabilitasi. Saya menyadari bahwa petugas pun bahkan tidak menyadari ada pasien yang kabur. Awalnya dia pasien suspect virus corona dan dikirim ke fasilitas karantina di Rakshaknagar di Kharadi pada 24 April 2020. Pada keesokan harinya, dia dinyatakan positif virus corona dan dipindah ke fasilitas National Institute of Construction Management and Research (NICMAR) di Balewadi,” kata Dhende, seperti dikutip dari ndtv.com.
Menurut Dhende, pihaknya juga prihatin kurangnya kebutuhan dasar di fasilitas-fasilitas karantina dan mendesak otoritas berwenang agar memperhatikan hal ini.
Putra pasien lansia tersebut lalu meyakinkan ayahnya agar mau kembali ke fasilitas karantina itu. Dibutuhkan waktu sampai dua jam untuk meyakinkannya. Untungnya selama masa melarikan diri, pasien COVID-19 itu tidak melakukan kontak dengan orang lain.