TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Cina membantah laporan Uni Eropa soal penyebaran disinformasi terkait virus Corona (COVID-19). Menurut mereka, Cina bukannya menyebarkan disinformasi, namun justru menjadi korban dari disinformasi.
"Cina sangat menentang pembuatan dan penyebaran disinformasi oleh siapapun dan di manapun. Cina adalah korban dari disinformasi, bukan inisiatornya," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 27 April 2020.
Pekan lalu, Uni Eropa menerbitkan laporan yang pada intinya menjelaskan penanganan pandemi virus Corona secara global. Dalam laporannya, Uni Eropa mengaku memiliki bukti yang menunjukkan bahwa Cina (diduga) mencoba menyebar disinformasi untuk menutup-nutupi asal usul virus corona.
Salah satu disinformasi yang disebar Cina, menurut Uni Eropa, adalah menuduh Prancis telah bersikap rasis terhadap Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus. Selain itu, Uni Eropa juga menyebut Cina mencoba menuduh Amerika sebagai dalang virus Corona agar tidak ada narasi yang memojokkannya.
"Cina, secara berkelanjutan, telah menjalankan kampanye disinformasi untuk memperbaiki citra internasionalnya," ujar laporan Uni Eropa yang dikutip dari New York Times.
Belakangan, Cina memprotes laporan tersebut. Bahkan memaksa Uni Eropa untuk mengkoreksinya atau mereka akan sangat marah. Uni Eropa menurutinya dan mengeluarkan versi revisi yang lebih halus. Namun, hal tersebut malah membuat Cina semakin disorot karena sejumlah diplomat dan analis di Uni Eropa menyampaikan ketidaksukaan mereka.
"Uni Eropa menyensor diri hanya karena ingin menyenangkan Partai Komunis Cina," ujar salah satu analis yang memprotes revisi laporan Uni Eropa. Uni Eropa, hingga berita ini ditulis, belum memberikan jawaban resmi.
Cina sendiri, beberapa pekan terakhir, memang giat merespon segala tindakan atau pernyataan yang berkaitan dengan asal usul virus Corona. Di Cina, misalnya, segala jurnal penelitian yang berkaitan dengan asal usul virus Corona harus diperiksa dulu oleh Kementerian Pendidikan. Contoh lain, Cina juga memprotes langkah Australia mencari dukungan ke negara-negara tetangga untuk bersama-sama menginvestigasi asal usul virus Corona.
Kembali ke Shuang, ia menyatakan bahwa segala manuver politik yang mencoba memojokkan Cina tidak akan berhasil. Ia pun menegaskan bahwa tidak ada satupun bukti yang menunjukkan virus Corona berasal dari Cina.
"Manuver politik di balik upaya menginvestigasi Cina tidak akan berhasil," ujar Shuang menegaskan.
Saat ini, Cina tercatat memiliki 82.830 kasus dan 4.633 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19).
ISTMAN MP | REUTERS | NEW YORK TIMES