TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mulai beraktivitas kembali sebagai kepala negara setelah menjalani perawatan COVID-19. Johnson saat ini berada dalam tekanan untuk menjelaskan bagaimana melonggarkan lockdown karena virus corona yang sudah sebulan diberlakukan.
“Dia (Johnson) akan mulai bekerja full-time per Senin, 27 April 2020 dan dia sangat bersemangat untuk bekerja,” kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, seperti dikutip dari reuters.com.
Petugas bersiap memindahkan jenazah korban virus Corona di Masjid Ghamkol Sharif yang dijadikan kamar mayat sementara bagi jenazah korban virus Corona, di Birmingham, Inggris, 21 April 2020. Peta penyebaran COVID-19 mencatat hingga Rabu (22/4) sore, jumlah kematian akibat virus Corona di Inggris mencapai 17.337 jiwa. REUTERS/Carl Recine
Pada hari pertamanya kerja, Perdana Menteri Johnson akan menerima surat dari oposisi Inggris Ketua Partai Buruh, Keir Starmer yang mendesaknya agar segera menyusun kapan dan bagaimana ekonomi Inggris dan aktivitas sosial Inggris akan dilonggarkan. Inggris memberlakukan lockdown demi menekan penyebaran virus corona.
“Kita ini sedang ditahap sensitif dan berbahaya. Kita harus memastikan langkah selanjutnya diambil dengan baik,” kata Raab.
Angka kematian akibat virus corona di penjuru Inggris naik menjadi 20.732 orang. Dalam 24 jam terakhir, ada 413 orang yang meninggal karena COVID-19. Angka kematian ini, diduga lebih besar dari yang terjadi di lapangan karena data dari masyarakat dan rumah jompo telat sampai.
Sedangkan total kasus virus corona di Inggris sebanyak 152.840 kasus atau ada kenaikan 4.463 kasus. Raab meyakinkan Pemerintah Inggris mengikuti saran medis dan ilmu pengetahuan sehingga pelonggaran lockdown mungkin tidak akan signifikan dilakukan, namun secara bertahap hingga akhirnya kembali ke kehidupan normal.