TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah artikel media sosial yang menyebut Peraih Nobel Kedokteran asal Jepang, Profesor Tasuku Honjo, yang mengklaim virus Corona bukan virus alami dan direkayasa Cina adalah hoaks.
Situs pemeriksa fakta, Factly, yang bekerja sama dengan pemerintah negara bagian India Telangana untuk memerangi hoaks virus Corona, memverifikasi artikel viral ini pada 25 April 2020.
"Profesor Kedokteran pemenang Hadiah Nobel asal Jepang, Profesor Dr Tasuku Honjo telah mengklaim bahwa virus Corona tidak alami dan bahwa Cina membuatnya," kata klaim palsu artikel yang beredar.
Artikel hoaks yang beredar di media sosial yang menyebut peraih Nobel Kedokteran asal Jepang, Profesor Dr. Tasuku Honjo, mengklaim virus Corona bukan virus alami dan direkayasa Cina.[Factly.in]
Faktanya, menurut Factly, tidak ada sumber yang dapat dipercaya yang mengaitkan klaim yang dibuat dalam unggahan hoaks dengan penerima Hadiah Nobel tersebut. Tidak ada interaksi terakhirnya dengan media yang menyebut Tasuku Honjo telah membuat klaim yang mengindikasikan bahwa virus Corona tidak alami dan bahwa Cina memproduksinya. "Karenanya klaim yang dibuat dalam unggahan adalah SALAH," tegas Factly.
Profesor Dr. Tasuku Honjo dari Jepang bersama James P. Allison dianugerahi Nobel pada 2018 untuk penemuan terapi kanker mereka dengan menghambat regulasi kekebalan negatif. Namun, tidak ada bukti dari sumber yang dapat dipercaya yang menghubungkannya dengan klaim yang dibuat di unggahan tentang virus Corona tersebut.
Melalui interaksi terakhirnya dengan media, Tasuku Honjo telah menyatakan perlunya meningkatkan tes PCR untuk mendeteksi infeksi virus hingga lebih dari 10.000 per hari dan mendesak penduduk di tiga kota Jepang: Tokyo, Osaka, dan Nagoya, untuk menahan diri dari berpergian.
Dalam wawancara lain sebelum ini, Tasuku Honjo mendorong pemerintah Jepang untuk mengadopsi pendekatan yang lebih proaktif dan menekankan bahwa Taiwan akan menjadi model yang hebat untuk diikuti Jepang. Tetapi Profesor Honjo tidak membuat klaim yang ditulis dalam unggahan media sosial yang menyatakan bahwa virus Corona tidak alami dan bahwa Cina menciptakannya.
Tasuku Honjo saat ini memegang posisi Wakil Direktur Jenderal dan Profesor Terhormat di Kyoto University Institute for Advanced Study, dan profilnya dapat ditemukan di situs web mereka.
Sementara dalam artikel hoaks yang beredar menyebut Tasuku Honjo pernah bekerja di laboratorium Wuhan di Cina selama 4 tahun, tetapi tidak disebutkan hal ini di profil akademiknya. Karenanya klaim artikel yang menyebut dia bekerja di laboratorium Wuhan di Cina selama 4 tahun juga palsu.
Tasuku Honjo dan James Allison [REUTERS]
Factly juga menemukan sebuah artikel hoaks wawancara pemenang hadiah Nobel lainnya Luc Montagnier dengan media Prancis beberapa hari lalu, yang mengklaim bahwa virus Corona dibuat di laboratorium di Wuhana.
Montagnier adalah peraih Nobel Prize 2008 untuk Kedokteran bersama dengan Françoise Barré-Sinoussi dan Harald zur Hausen untuk penemuan virus human immunodeficiency virus (HIV). Seorang pejabat di kantor Presiden Prancis Emmanuel Macron telah membantah klaim ini dan mengklarifikasi bahwa sejauh ini tidak ada bukti faktual tentang hubungan antara wabah COVID-19 dan pekerjaan laboratorium penelitian P4 di kota Wuhan di Cina.
Sejak pecahnya COVID-19, banyak klaim dibuat yang menghubungkan asal virus dengan laboratorium penelitian di Wuhan. Klaim-klaim ini dibantah oleh beberapa pemeriksa fakta di seluruh dunia. Sebuah studi peer-review pada bulan Maret tidak menemukan bukti bahwa virus Corona telah direkayasa, yang menyatakan "tidak mungkin bahwa SARS-CoV-2 muncul melalui manipulasi laboratorium."
WHO juga berkali-kali menegaskan bahwa semua bukti yang ada menunjukkan bahwa virus Corona berasal dari hewan di Cina akhir tahun lalu dan tidak dimanipulasi atau diproduksi di laboratorium.